Juhairiyah

Kalau dulu ada telenovela Marimar si gadis miskin yang bercita-cita menjadi permaisuri seorang pangeran tampan dan kaya raya, sampai pada akhirnya cita-citanya terwujud, bukan hanya karena keberuntungan, semua butuh perjuangan dan proses panjang.

Sama halnya dengan Marimar, Juhe pun tak jauh berbeda. Juhairiyah nama aslinya, gadis desa yang lahir dari seorang ibu malang yang ditinggal pergi suaminya tanpa ada kejelasan, tidak di cerai ataupun mungkin ditinggal mati, entahlah, yang ia tahu dirinya hanya tinggal berdua saja dengan ibunya yang malang.

Juhe yang sedari kecil selalu direndahkan, sejak usianya 6 tahun, juhe sudah bekerja keras membantu ibunya yang bekerja sebagai ART, setelah pulang sekolah ia menemani ibunya beberes dirumah tetangga, biar begitu di uianya yang terbolang muda ia sudah punya cita-cita setinggi langit, bermimpi membahagiakan ibunya dengan membuatkan rumah untuk menggantikan gubuk reyot yang dihuninya bersama ibunya.

Ia hanya sempat mengenyam pendidikan SD di bangku kelas 5, karena tekanan hidup dan lagi-lagi karena biaya, akhirnya dia pun mengakhiri sekolahnya tanpa membawa predikat lulus.

Ia selalu dicemooh teman-teman sepermainannya di sekolah dan di lingkungan rumah, bukan hanya karena penampilan seadanya, dan juga karena beberapa waktu lalu ia sempat ditanyai oleh seorang guru tentang cita-citanya yang terlalu mengada-ada itu.

Hari berganti hari, Juhe setiap hari setelah pulang dari sekolah selalu menangis sesenggukan karena ada beberapa teman yang berkali-kali memanggilnya "gembel". Ibunya bertanya kenapa, namun juhe hanya menjawab dengan senyumnya, "tidak ada apa-apa mak, saya baik-baik saja"

Juhe sangat terpukul, setelah melepas status pelajarnya, sungguh ia bertekad kuat ingin pergi menjauh dari desa dan memulai hidup yang baru di kota bersama ibunya.

Hidupnya mulai berubah saat Pamannya (adik dari ibu) mengajaknya ke kota dan mengajaknya bekerja sebagai pelayan di warung pamannya yang saat itu pun masih mengontrak.

Ia sadar, mungkin hanya dengan bekerja sebagai pelayan dia mampu menyambung hidup bersama ibunya. Dan mampu melihat senyuman ibunya setiap hari.

Juhe beruntung karena punya Ibu yang sekuat baja, menempa mentalnya sedemikian rupa, ibu yang setiap hari hanya bisa menyandarkan diri kepada Allah yang Maha Kuasa, tak lepas berdoa setiap disepertiga malamnya, agar diberikan kehidupan yang berkah dan berkecukupan bersama anaknya.

Setiap hari Ia dan ibunya berkerja dari pagi hingga malam hari, ya warung nasi itu buka 24 jam, Ia, Ibu, Paman dan dua orang pelayan lainnya bergantian berjaga, memasak dan melayani para pelanggan yang datang.

Juhe tidak pernah melewatkan hari tanpa mempelajari semua hal yang berkaitan dengan dunianya kini, dunia berdagang, yang sengaja ia peroleh langsung dari Paman dan tentu dukungan dari ibunya. Upah bekerja dari pamannya pun di kumpulkannya sedikit demi sedikit.

Hari berganti hari, waktu bergulir begitu cepatnya, masa remajanya ia habiskan untuk belajar dan bekerja, hingga ia pun tumbuh dewasa tertempa kegigihan mentalnya disebuah warung sederhana, bukan tanpa jerih payah, bahkan semua asam garam pun sudah terasa berjuang dikerasnya dunia.

Sampai pada akhirnya Pamannya merasa sudah merasa jenuh untuk bekerja, karena melihat kegigihan keponakannya, sang Paman pun menyerahkan tugas berdagang itu kepada Juhe dan ibunya.

Antara sedih dan haru, bercampur jadi satu. Tapi nanti dulu, ternyata Pamannya mendelegasikan tugas berdagang bukan tanpa sebab, Pamannya berniat membangun sebuah rumah di kampung halamannya, beliau mengamanahi tugas berat tersebut kepada Juhe, dan meminta sistem bagi hasil dari penjualan di warungnya.

Usahanya pun tidak mudah, banyak onak dan rintangan, walau tidak lulus SD, Juhe mampu memenej waktu dan keuangan dengan baik, semua dipelajari secara otodidak.

Tak di sangka, jodohpun Allah datangkan di kehidupannya buah perkenalan singkat di warung nasi sederhana,  hingga Allah ridhoi mereka menikah diusia belia Juhe yang baru meninjak usia 18 tahun, dan sang suami saat itu berusia 23 tahun. Lalu Allah tidak serta merta meninggalkan begitu saja, ujian datang silih berganti, menguji keprofesionalannya menjalani setiap peran di kehidupan barunya, mulai dari pertentangan dari mertua dan adik-adik iparnya yang sering berlaku tidak adil kepadanya, Juhe selalu di pandang sebelah mata, celaan dan hardikan pun tak henti menghiasi hari-harinya, wajar saat itu Juhe masih tinggal satu atap dengan mertua dan iparnya. Saat anaknya kegerahan ingin memakai kipas angin, iparnya selalu mengerjainya, di rusaknya mesin kipas tersebut, saat akan mencuci pakaian, air yang sudah ia siapkan dari sumur timbapun di pakai iparnya untuk mandi, begitu setiap hari.

Namun Juhe memandang itu biasa dan tak dia ambil hati, walau sebenarnya relung hatinya menjerit, dan selalu ia curahkan di penghujung doa setiap usai solat, memohon agar ditegakkannya keadilan atas dirinya, meminta keberkahan dan rezeki yang mencukupi dalam kehidupannya, agar bisa segera memisahkan diri dari orang-orang yang selalu menyakitinya.

Doa pun Allah tunaikan, Allah melebihkan rezeki untuknya mengontrak sebuah kamar sepetak, dan doa terkabul berlipat semua berkat keuletan dan tentunya berkat doa ibunya, Juhe bisa melepaskan diri dari rumah mertua dan juga mampu mengemban amanah Pamannya dengan baik, dengan hasil yang sangat memuaskan, uang yang ia kumpulkan selama berniaga di warung tersebut akhirnya terkumpul.

Juhe tak pernah absen untuk mengirimkan uang kepada Pamannya, hingga suatu waktu akhirnya warung dengan status "kontrak" pun berubah nama kepemilikan, sah menjadi miliknya.Pamannya di kampung sudah tidak bekerja pun tetap terus mendapatkan kiriman uang.

Walau materi dan cita-cita membuatkan sebuah rumah untuk ibunya sudah mampu diwujudkan, tak pernah sekali pun Juhe terlihat menghamburkan materi dan menampakkan kemewahan, bahkan untuk jalan-jalan sekedar mencicipi hasil kerja kerasnya pun jarang terlihat saking padat rencana dan batas waktu yang di buat untuk mewujudkan mimpinya, pergi bekerja pagi buta, pulang pun tak melihat indahnya senja.

Melewati singkatnya malam, Juhe tak lepas dari tahajjud, bersyukur dan berdoa. "Alhamdulillah Ya Rabb, sehatkanlah fisikku, lapangkanlah hatiku untuk memaafkan orang-orang yang telah merendahkanku, tinggikanlah aku hanya dalam sujud ketika bermunajat kepadaMu, lindungilah anak-anakku saat tanganku tidak mampu merangkulnya ketika mereka terjatuh, lapangkan jua hati-hati mereka saat diri ini tak mampu menemaninya menjalani hari-hari tersulitnya saat di sekolah dan saat berada ditengah masyarakat, Engkau  yang Maha Berkehendak dan Engkau adalah sebaik-baik pelindung".

Waktu tidurnya hanya sedikit, sedang pagi buta Juhe dan Suaminya sudah berusaha sekuat tenaga melawan rasa malasnya demi mimpi-mimpinya, sedikit melawan arus menitipkan pekerjaan domestik kepada yang lebih mumpuni, hanya bermodal berani dan yakin kepada Allah Sang Maha Pemberi Rezeki.

Di tengah tekad menguatkan mimpi-mimpinya, tak hanya satu-dua kendala yang menghampirinya, mulai dari Suami yang merasa gusar akan tekad keras Juhe, Mertua yang selalu bertolak belakang dengan tekadnya, saat bertemu pun tak ada wajah manis yang ditunjukan.

Saat kembali ke rumahnya, Juhe terus menyalahkan dirinya dengan berdoa tiada habisnya, memohon ampun KepadaNya agar Allah melapangkan hatinya menerima perlakuan buruk orang-orang yang merendahkannya, Memohon agar Allah meluaskan rezeki dan memohon kekuatan hati untuk senantiasa berlapang dada memaafkan dan berlaku baik kepada orang-orang yang telah merendahkannya.

Ibu Juhe yang juga tak jauh berbeda dengannya selalu mendukungnya, kalau perlakuan baik terhadap orang yang teramat kali sering menyakiti akan lebih berefek baik terhadap kehidupannya nanti, iya ibunya berpesan, "Nanti kelak kamu akan melihat mereka yang sering merendahkanmu, akan berada di posisi mana. Jadi tetaplah berlaku baik!!"

Dengan nasihat yang Ibunya berikan sudah cukuplah sebagai pegangan untuknya berjalan menapaki kehidupan.

Post By Siti Mutoharoh
20 Mei 2017, 23.15 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kulwap Parenting "Mengobati Innerchild Yang Terluka"

"Me Vs Mom"

Resume Tambahan Kelas BunSay