Kulwap Parenting "Mengobati Innerchild Yang Terluka"
*Mengobati Inner Child yang Terluka*
Oleh: *Nabilah Shihab M,Psi Psikolog*
“Seorang ibu muda, sebutlah panggilannya S, merasa menyesal setiap memarahi anaknya yang masih balita secara berlebihan hanya karena hal yang sebenarnya wajar dilakukan bagi anak seusianya. S padahal tahu tindakannya tersebut salah dan bisa berefek negatif untuk anaknya. S termasuk ibu yang melek ilmu parenting. Ia rajin meng update ilmu parentingnya melalui membaca dan mengikuti beragam pelatihan parenting. Tapi ilmu parentingnya tersebut seakan menguap ketika ia menghadapi anaknya sendiri. Emosinya menjadi sulit dikendalikan ketika anaknya berulah tidak sesuai dengan harapan S. Setelah ditelusuri, ternyata ibu S juga sering memarahi S secara berlebihan saat S kecil. Sebenarnya S sudah bertekad tidak ingin mengasuh anaknya dengan cara pengasuhan yang dulu ia terima saat kecil. Namun entah mengapa secara tidak disengaja ia justru mengulang cara-cara lama yang pernah digunakan orang tuanya walaupun S sebenarnya sangat membenci cara-cara tersebut”.
“R, seorang wanita berusia 30an. R selalu gagal dalam menjalin relasi dengan pria. Secara tidak ia sadari, ia selalu bersikap menjauh dan sinis ketika ada laki-laki yang mendekatinya. R tidak tahu mengapa ia merasa tidak nyaman ketika ada pria yang ingin menjalin relasi serius dengannya. Ternyata, sekitar 25 tahun yang lalu, ayah R berselingkuh dengan wanita lain dan meninggalkan ibu R. Ia menyadari bahwa tidak semua pria seperti ayahnya, masih banyak pria yang baik. Tetapi, ia tetap memiliki rasa tidak percaya dan tidak nyaman terhadap pria.”
Dari dua ilustrasi kasus di atas, ternyata kemarahan S yang sulit dikendalikan dalam menghadapi anaknya, serta rasa tidak percaya R terhadap pria disebabkan karena inner child mereka bermasalah.
Apakah yang dimaksud dengan inner child? Menurut John Bradshaw, dalam buku Home Coming: Reclaiming and Championing Your Inner Child (1990), inner child adalah istilah untuk menjelaskan konsep mengenai bagian dari diri kita yang berupa anak kecil, yang perlu untuk dicintai dan dirawat. Inner child yang dimiliki masing-masing orang dapat berada dalam kondisi baik atau dalam kondisi bermasalah/trauma. Jika seseorang banyak mengalami peristiwa yang menyenangkan dalam hidupnya, maka inner childnya akan berkembang dengan baik dan memberi energi positif bagi jiwa dan perilakunya. Sebaliknya, jika seseorang pernah atau sering mengalami peristiwa yang menyakitkan, maka inner childnya akan stuck di usia saat ia mengalami peristiwa yang menimbulkan luka pada jiwanya.
Inner child dapat menjadi sumber dari vitalitas dan kreativitas seseorang. Namun, inner child sangat rapuh. Ia mudah sekali terluka oleh peristiwa-peristiwa yang sulit, serta oleh perasaan diabaikan, ditolak, kebencian, yang pernah atau masih terus dialami seseorang.
Kebanyakan orang berusaha untuk mengabaikan dan menyangkal inner child mereka. Mereka berusaha untuk melupakan peristiwa tidak menyenangkan yang pernah terjadi di masa lalu. Akan tetapi, ternyata luka masa lalu mereka belum terobati dan menyebabkan masalah di kemudian hari.
Secara tidak disadari, inner child mereka yang terluka mengakibatkan munculnya kecemasan, ketakutan, kemarahan, ataupun depresi yang direfleksikan melalui perilaku yang negatif.
Untuk mengobati luka pada inner child, seseorang justru harus kembali pada ingatannya di masa lalu saat mengalami peristiwa yang menyakitkan dan menganalisanya.
*Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengobati luka pada innerchild:*
- Kenali dan terimalah inner child dengan tangan terbuka
- Lakukanlah “time travel” kembali pada saat kita kecil. Salah satu caranya dengan mengingat hal-hal yang kita sukai saat kecil, misalnya olah raga, permainan, benda-benda tertentu, makanan, dll.
- Lalu ingatlah kembali peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi baik yang menyenangkan ataupun yang menyakitkan di masa kecil.
- Resapi perasaan apa yang kita rasakan terhadap peristiwa-peristiwa tersebut.
- Lalu tentukan peristiwa mana yang meninggalkan luka dalam dan perlu untuk diobati.
- Selanjutnya, identifikasikan karakteristik inner child yang kita miliki, misalnya
Anak yang ditinggalkan. Inner child semacam ini seringkali terjadi pada anak yang orang tuanya bercerai, atau sangat sibuk sehingga tidak memberikan perhatian yang cukup pada anak. Inner child ini memiliki karakteristik memiliki rasa takut ditinggalkan, merasa kesepian, atau tidak berdaya.
Anak yang ketakutan. Inner child ini sering terjadi pada orang yang masa kecilnya sering menerima kritik, bullying, atau mengalami kekerasan. Inner child tipe ini sering merasa cemas, khususnya ketika tidak mendapat afirmasi dari pihak lain.
Anak yang marah. Tipe inner child ini direfleksikan melalui perilaku yang agresif, suka memprotes, menentang, dan kasar.
Anak yang ceria. Inner child ini merupakan inner child yang positif. Karaktersitiknya adalah menyukai spontanitas, bebas dari rasa bersalah dan rasa cemas, dll. Inner child ini seringkali diabaikan oleh orang dewasa.
- Berkomunikasi dengan inner child
Misalnya, dengan membuat surat untuk inner child. Kita berperan sebagai “pengasuh” (diri kita yang sekarang) dan sekaligus sebagai anak kecil. Ajaklah inner child kita bercakap-cakap melalui tulisan tersebut, biarkan mengalir apa adanya. Ketika berperan sebagai diri kita sekarang, menulislah menggunakan tangan kanan. Dan ketika berperan sebagai inner child, menulislah dengan menggunakan tangan kiri. Lakukan secara bergantian.
Isi suratnya bisa permohonan maaf karena selama ini sudah mengabaikannya, dan sekarang ingin memperbaiki hubungan atau berteman dengan inner child. Sesuaikan surat yang kita buat dengan jenis inner child yang kita miliki. Misalnya jika kita memiliki inner child berupa anak yang ditinggalkan, maka katakan dalam surat bahwa kita berjanji untuk selalu ada untuknya dan membantunya.
- Dengarkan apa yang diinginkan oleh inner child kita seakan kita bisa melihatnya.
Selain dengan bercakap-cakap melalui tulisan, masih banyak cara untuk berkomunikasi dengan inner child, di antaranya melalui drama, gambar, puisi, dll. Pilihlah cara mana yang dirasa paling sesuai untuk diri kita.
- Penerimaan
Akui bahwa kita mengalami rasa sedih, marah, takut, kecewa, kesepian, jijik, frustasi, dll terhadap peristiwa negatif yang pernah terjadi. Tanamkan bahwa hal tersebut terjadi bukan karena kesalahan Anda.
- Selain itu, maafkanlah orang-orang yang telah menorehkan luka dalam kehidupan Anda. Sadarilah bahwa mereka melakukan hal yang membuat kita terluka bisa jadi karena kurangnya pemahaman mereka.
- Terimalah peristiwa menyakitkan yang pernah kita alami sebagai bentuk pembelajaran agar Anda bisa menjadi pribadi yang lebih tangguh.
Menyangkal peristiwa negatif yang pernah dialami dan perasaan yang muncul akibatnya sama saja dengan menyangkal keberadaan inner child. Padahal, dengan kita tidak mau menerima keadaannya bagaimana mungkin kita bisa mengobatinya?
- Lindungi inner child kita
Hindarilah berada dalam “toxic situation”. Misalnya, kurangilah berada di tengah-tengah orang yang sering menghina kita, atau membuat kita cemas.
- Gunakan strategi re-parenting untuk inner child kita, yang berdasarkan pemikiran bahwa diri kita yang dewasa saat ini memiliki cukup pengetahuan bagaimana untuk memenuhi kebutuhan inner child kita. Misalnya, jika dulu orang tua kita sangat jarang memuji, dan justru banyak memberi kritik sehingga membuat kita minder, maka katakan pada diri sendiri bahwa “Aku bangga pada diriku dan pencapaianku”, berikan hadiah untuk diri sendiri setiap kali berhasil meraih suatu target, dll.
- Kembangkan “sense of fun” dalam diri kita
“Sense of fun” seringkali dianggap kekanak-kanakan sehingga orang dewasa tidak pantas memilikinya. Padahal hal tersebut penting untuk tetap dimiliki dan dipelihara oleh orang dewasa agar kehidupannya tetap menyenangkan dan penuh semangat. Terkadang, orang dewasa juga perlu melakukan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh anak-anak. Misalnya melakukan kegiatan menggambar, mewarnai, menulis, out bond, bermain dengan anak-anak, dll.
- Lakukanlah cara-cara tersebut di atas secara berulang dalam situasi yang tenang, hingga luka di masa lalu kita benar-benar terobati. Dengan demikian, kita bisa menjadi individu dengan emosi yang lebih sehat.
Menurut Thich Nhat Hanh, dalam bukunya yang berjudul Reconciliation: Healing The Inner Child (2010), “ The cry we hear from deep in our hearts, comes from the wounded child within. Healing this inner child’s pain will transform negative emotions”.
Hidup memang perlu masalah agar kita belajar dari masalah tersebut dan menjadi orang yang lebih kuat. Dengan keikhlasan dan prasangka yang baik, InsyaAllah kita bisa merasa puas terhadap masa lalu, menerima masa kini, dan antusias terhadap masa depan.
*Nabilah, M.Psi, Psikolog*
Notulensi Kulwap
Tema "Mengobati Inner Child yang Terluka"
Senin, 10 April 2017
Pukul 10.00-11.00
Pemateri : Nabilah Shihab, M.Psi
MC : ibu Wiwi
Moderator : Fitroh Handayani
Notulen : Asti Susanti
1⃣Anonim - Banten
Saya merasa belum selesai dengan diri saya. Saya kasihan dengan innerchild dalam diri saya, yang masih berlanjut sampai ke anak saya. Ibu saya, melakukan hal yang sama seperti kepada saya, terhadap anak2 saya. Salah sedikit dimarahi, jatuh dimarahi, lambat pakai baju dimarahi, bertengkar dengan adiknya, kakak yg kena marah. Nyaris tidak ada perubahan. Sy tdk bisa mengubahnya, sementara sy masih tinggal bersama ibu. Sy lihat, bibi saya begitu juga. Mudah marah. Almarhum Nenek saya begitu juga, gampang banget marahnya. Karena bibi tinggal bersama nenek, sikap bibi galak, tak peduli, cuek. Pernah suatu hari nenek BAB acak2an di kamar mandi, bibi marah ngomel2. Padahal namanya udah tua, dulu waktu kecil juga pasti bibi begitu juga. Sy sedih, gak punya bonding kuat dgn ibu sy. Sy takut, sikap sy ke ibu nanti seperti bibi ke nenek. Sy sedang belajar ikhlas, tp sikap ibu ke anak2 sy yg membuat sy sedih. Pernah sy sampaikan bahwa kasihan klo mereka dimarahi, jawabnya "biarin aja anak kecil ini, blm punya pikiran!". Sy sedih sekali. Sedangkan ke anak2 orang, ibu ramah sekali. Sy juga jadi malas kalau curhat ke ibu, krn hampir selalu dicuekin. Ga ada tanggapan, jadinya sy pikir buat apa juga cerita2, toh dicuekin. Sy tidak bermaksud membuka aib ibu saya, tp sy tidak mau ke depannya sy semakin sakit dan malah berbuat tidak baik ke ibu di kemudian hari, seperti bibi ke nenek. Sy ingin ini selesai, tapi hal ini masih berlangsung. Apakah, sy harus hidup terpisah dr ibu sy? Krn sy punya 2 adik, yg sy lihat sama kayak sy. Punya innerchild juga tanpa disadari. Pemarah banget, jadi sering ribut sama sy. Kami bertiga, mudah marah. Jadi ini adalah siklus. Adik sy sering bertengkar dgn ibu, yg kalimatnya sering keluar itu "ibu selalu ngajak ribut sama anak!".
Sy pikir, kalau sy pisah dari ibu, sy akan belajar mengobati innerchild sy, tanpa tekanan setiap harinya. Sebab, memaafkan saja saya rasa tdk cukup, apalagi jika hal itu masih berlangsung. Maaf kalau kepanjangan. Terima kasih bu Nabilah..
🌟 utk memutus siklus pengasuhan yg negatif dr org tua ibu,kepada ibu,lalu ke anak2 ibu langkah pertama yg tepat adalah pindah.Jagalah jarak dari orang2 yg bisa memberi pengaruh negatif thd emosi ibu.Berumahtanggalah sendiri sehingga bisa menghindarkan anak2 ibu dr lingkungan yg kurang mendukung.selain itu dengan pindah rumah,emosi ibu juga seharusnya lbh tidak mudah terpancing.Jika ibu tetap tinggal serumah dgn ibu,saya pikir akan sulit utk menghindari konflik.Tetaplah bersikap baik dgn ibu,tunjukkan rasa sayang,gunakan tutur bahasa yg baik.Menjauh bukan berarti tdk berbakti.Maklumilah ibu,barangkali dulu ia pun diperlakukan sama oleh org tuanya spt ibu saat ini.Sulit jika kita berharap beliau dpt merubah karakternya di usia yg sudah senja.Yg terpenting adalah ibu bertekad tdk menggunakan pola asuh utk anak2 ibu yg sama spt org tua ibu. ✅
2⃣ Dewi _ Serang
Saya anak tunggal dari kecil hingga sma kemana mana tuh selalu diantar bapak. Ke tempat temen sekalipun pasti bapak menyempatkan utk mengantar dan kemudian menanyakan kembali mau pulang jam brp biar bs di jemput.
dengan kondisi spt itu bukannya membuat saya merasa risih atau malu, tapi justru semakin membuat saya nyaman. Nyaman karena selalu bisa dekat dengan bapak.
Dan sekarang.. saat saya sudah punya anak 2. ntah mengapa saya ingin sekali bisa seperti alm bapak saya, bisa selalu ada untuk anaknya. apakah ini termasuk inner child?
🌟inner child,spt yg sudah dijlskan,adalah bagian dari diri kita,memori mengenai masa kecil kita.Semua org tentu memilikinya.Jd inner child bisa positif bisa pula negatif. Dari cerita ibu,ibu memiliki inner child yg positif.Ibu memiliki kedekatan yg positif dgn ayah.Jika ibu ingin memperlakukan anak2 ibu spt dulu ibu diperlakukan,tentu tdk salah.Hanya setiap anak punya karakter yg beda2 sehingga pendekatan org tua jg perlu disesuaikan utk masing2 anak.Selain itu,sesuaikan juga dengan usia dan jns kelamin anak. Dan perlu diingat,jalin kedekatan emosi dgn anak,sehingga anak tdk merasa risih jika berkomunikasi dgn ibu.✅
3⃣Vina- serang
Bagaimana menyembuhkan inner child dengan tekanan berupa bahasa verbal yang menyakitkan, oleh orang tua. Apa yang harus dilakukan? Jika ilmunya sudah kita ketahui namun prakteknya sangat sulit dilakukan apa lagi yang harus dilakukan?
🌟Pada dasarnya, jika terjadi luka pada inner child, artinya Anda perlu memperhatikan kembali suara kecil dalam diri anda, diri anda yang terluka, marah, dan sedih.
Sediakan waktu untuk berdialog dengan diri sendiri, tanyakan apa yang membuat anda sedemikian sedih, marah dan terluka?
Dari dialog itu, dapatkan gambaran kapan, siapa, dan bagaimana tepatnya situasi itu terjadi. Tulis dengan detil, karena itu perlu disadari dan dipahami.
Ibu bisa membuat semacam jurnal harian, dialog diri dan perjalanan ibu dalam "time travel" tersebut.
Setelah semua sebab dan perasaan disadari dan dipahami,
tanya kembali pada diri anda: apa yang saat itu saya butuhkan (terkait masalah itu), dan apa yg perlu saya lakukan (saat ini) untuk mendapatkan kebutuhan itu?
Jika cara2 tsb sudah dipraktekkan namun masalah ibu tetap sulit diatasi,saran saya,sebaiknya mintalah pertolongan pada pihak profesional 😉 ✅
4⃣. Yuni-Banten
Kalau penyimpangan seksual seperti pedofil dsb itu disebabkan innerchild bukan?
🌟bs jadi pelaku pedophilia memiliki inner child yg negatif.Ada rasa marah thd pelaku di masa lalu,yg akhirnya dilampiaskan kpd org lain. Tp tdk semua anak yg pernah menjadi korban pedophil lalu mengalami trauma.Ada jg yg biasa2 saja krn anak tsb tdk paham apa yg telah dilakukan thdpnya tsb adalah kejahatan. Bahkan ada korban yg menganggap pelaku pedophil org yg baik kpdnya.Hal tsb bisa terjadi jika ternyata anak tsb mngalami kehidupan yg lbh buruk dr pelecehan seksual yg ia terima.Misal jika sehari-hari ia mngalami kekerasan atau pengabaian dr ortu.Sementara sang pelaku pedophil memperlakukannya dgn baik,mengajaknya main,mengobrol,memberinya hadiah.Anak tsb bisa menjadi pelaku pedophil jg ke depannya, krn meniru apa yg pnh ia alami,dan menganggap hal tsb wajar.✅
5⃣. Tyas-Serang
Apakah setiap orang mempunyai innerchild? Bagaimana cara menemukannya?
🌟ya,setiap org punya inner child. Cara menemukannya seperti yg sudah saya jlskan☺✅
6⃣. Irma - Cilegon :
Saya punya innerchild takut bertemu ibu-ibu dan bapak bapak, kecuali yg seumur dgn saya (skitar 20an) karena dulu sewaktu kecil, saya sering terkena marah orang tua ketika saya ceroboh.. Sampai saat ini saya masih selalu gemetar, saya ingin lari dan menjauh saat bertemu bapak/ibu yang belum saya kenal.. Apa yang harus saya lakukan ketika saya tidak bisa mengontrol diri sendiri?
🌟Reaksi emosi ibu saat bertemu bpk2/ibu2 tidaklah rasional. Sembuhkan inner child ibu dulu yg memiliki rasa takut thd org tua. Ajak ia berkomunikasi. Tanyakan ttg apa yg ia rasa,apa yg ia inginkan. bayangkan ibu
memeluknya,mengatakan akan melindunginya.
Katakan pada diri sendiri kata2 yg positif,mis "aku tenang,aku berani,semua baik2 saja". Pengalaman yg buruk dpt dibingkai dgn bingkai yg positif,sehingga bisa dilewati dgn baik.Namun,tentu dibutuhkan pula pembimbing yg tepat utk meningkatkan coping skill ibu. Jika ibu merasa kesulitan,lebih baik mintalah bantuan pada pihak profesional.✅
7⃣. Anonim_ Serang
Inner child bisa terjadi karena saat kecil nya tidak full dpt perhatian dari ayah kah? Dan di keluarga ortu, memang sosok ibu lebih dominan, ibu sosok yang strong banget, bahkan dalam hal mencari materi beliau pun mendominasi, jadi sosok kepemimpinan ayah seakan terkikis dan hilang, ada rasa kecewa mengapa hal demikian bisa terjadi, mengapa sang ayah tidak bertindak, berusaha mengambil posisi kepemimpinannya kembali dalam rumah.
Jika demikian, bagaimana sikap saya sebagai anak, apa yang harus kami lakukan agar hal serupa tidak terjadi kpd anak-anak kami, refleksi yang terjadi kpd diri saya saat ini setelah menikah, seperti ada rasa kecewa pula jika suami tdk banyak ambil peran dalam pengasuhan anak-anak, yang berujung mengikis rasa percaya thd suami, lalu apa luka saya ini perlu saya ceritakan kepada suami? Agar suami mau mengerti dan mencoba memahami apa yang saya alami
Mohon sarannya Bu Nabila,Terimakasih 🙏🏼
🌟 Ibu,setiap org memang punya inner child.bisa berupa inner child positif,bisa negatif.
Inner child terluka bisa disebabkan oleh kurangnya perhatian. Dan ini, boleh banget untuk disampaikan pada pasangan. Mungkin jika ibu tdk nyaman mencwritakan detil ttg ayah,ibu tdk perlu melakukannya.Cukup ceritakan ttg perasaan dan harapan ibu
Pemahaman yang lebih akan kesulitan, kesedihan / trauma masing2 pasangan dapat memperkuat hubungan, membuat masing2 saling memahami
Hanya saja, pastikan saat menyampaikan hal itu, kondisi pasangan sedang dalam mood yang baik, juga cara kita memberitahu dengan sikap yang terbuka dan setara. Sehingga terhindar dari resiko salah paham 👍🏼✅
8⃣. anonim - Banten
Dalam keluarga suami, komunikasi yang terjadi buruk sekali. Hampir semua anggota keluarganya keras kepala dan sensitif. Hal hal sepele saja kadang menjadi masalah besar. Kemudian cekcok. Apakah keadaan tsb dipengaruhi pola asuh saat kecil dan termasuk innerchild? Bagaimana mengatasinya?
🌟 Ya tentu saja bisa hal tsb disebabkan oleh luka pada inner child. Secara bersama, keluarga saling mempengaruhi dan merupakan suatu hal yang wajar bahwa sebuah keluarga mengalami trauma yang serupa.
Trauma ini dapat pula diturunkan ke generasi2 berikutnya, dengan mengulang-ulang kembali, menceritakan tentang kejadian/trauma masa lalu.
Perlu ibu pahami,
Luka batin pd inner child hanya bisa diselesaikan oleh orang yang bersangkutan, dan hanya bisa dilakukan jika individu tersebut menyadari dan mau menyelesaikan masalahnya.
Melihat/memahami bahwa orang lain memiliki trauma masa lalu tidak berarti kita perlu/bisa membuat ia mau menyelesaikan trauma nya.
Jika kondisinya demikian (kita berusaha mengintervensi, dan individu tersebut tidak siap/tidak mau) malah dapat menimbulkan konflik baru yang berkepanjangan.
Jadi sebaiknya,ibu tdk perlu repot2 memikirkan apalagi menyelesaikan permasalahan dlm.keluarga suami apalagi ibu tdk diminta utk membantu. Yg perlu ibu lakukan adalah menjaga jarak agar tdk terpengaruh,apalg jika ibu sudah punya anak.✅
9⃣. NN dari Banten
Bu Nabilah, saya terlahir dari keluarga besar yang tidak harmonis, cara pendidikannya keras dan kasar, baik verbal maupun tindakan. Pertengkaran orang tua kami sering terjadi dan kami mengetahui ayah kami dulunya punya beberapa perempuan lain selain ibu kami. Sehingga hal ini berdampak juga pada kepercayaan saya kepada laki-laki dan institusi pernikahan. Masalah saya:
1. sampai saat menikah inipun saya masih tidak gampang mempercayai suami, sehingga saya sering marah tanpa alasan dan curigaan kepada suami. Saya tahu itu salah, saya ingin berubah tapi rasanya sulit karena saya merasa trauma dengan ayah saya, Bagaimana saya harus belajar mempercayai suami saya dan beepikiran positif kepada suami?
2. Karena pengasuhan dan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan penuh kekerasan yang saya alami dulu, itu tersimpan dialam bawah sadar dan kadang masih suka muncul, saat menghadapi tingkah anak yg "unik dan kreatif". Saya tidak ingin anak2 saya mengalami kekerasan yang saya rasakan dulu, bagaimana saya mampu menyembuhkan diri saya sendiri, agar mampu bersikap yang baik, hangat, penuh kasih dan menjadi ibu yang baik bagi anak2 saya?
🌟 Ibu, inner child ibu terluka oleh pola asuh yg negatif,di mana menggunakan kekerasan verbal dan fisik.Selain itu luka disebabkan oleh org tua yg tdk harmonis dan ketidaksetiaan ayah thd ibu.
Utk mengatasi hubungan ibu dgn suami dan anak saat ini,tentu obati dulu luka masa lalu ibu. Ajaklah inner child ibu berdialog. Tanyakan apa yg ia rasakan thd pristiwa2 negatif yg telah terjadi dan apa yg ia butuhkan. Hayatilah sensasi yg diakibatkan oleh peristiwa tsb thd persepsi inderawi (pengelihatan,pendengaran,penciuman,perabaan,pengecapan). Tanyakan pd diri sendiri hal apa yg sebenarnya ingin dilakukan saat peristiwa menyakitkan itu terjadi. Jika ada emosi yg terpendam,misal kemarahan,maka lampiaskan emosi tsb tentu dgn cara yg positif.Misalnya melalui gambar,tulisan. Jika ingin menangis,lepaskan tangisan sampai merasa lega. Dengan menyadari dan melepaskan emosi negatif yg terpendam sekian lama, perasaan akan menjadi lebih nyaman. Serta diharapkan bisa menerima dan memaafkan apa yg pernah terjadi,dan tidak membawa-bawanya ke masa kini. Silahkan baca pula jawaban no.3.✅
🔟. Dewi F_ Serang
🙋 Saat kita mengetahui pasangan/teman kita mempunyai inner child . Bagaimana cara kita membantu penanganannya? Trims
🌟 Ibu,semua org memang punya inner child.Mungkin maksudnya ada luka pd inner child?Jika iya,banntu lah pasangan dengan cukup memberinya perhatian.Jadilah pendengar akan permasalahannya, dan bantu dia untuk memahami/melihat akar permasalahan sesungguhnya.
Cukup sampai disitu (kenapa? Lihat.jawaban nomor.8).✅
Pertanyaan tambahan
🌺 Terima kasih Bun Nabilah atas jawabannya.. Bagaimana agar suami mengerti dgn keadaan saya yg seperti ini ?
Terkadang suami geram, ketika saya lebih memilih bersembunyi drpd bertemu
🌟 Komunikasikan saja bu dgn suami.terbuka..jika perlu,ajak suami utk menemui pihak profesional agar ia lbh memahami dan bisa membantu ibu✅
Clossing statement
Intinya si,yg bisa mengobati inner child dlm diri kita ya diri kita sendiri.Kita jg tdk bisa mengobati inner child org lain.Jika kita sudah mempraktekkan cara2 inner child healing namun belum berhasil menyembuhkan luka batin kita,sebaiknya ke psikolog saja.
Apa yg saya share tentunya msh sangat dangkal dan sedikit.Utk memahami lbh lanjut ttg inner child dan cara mengobatinya tentu perlu mengikuti training😊
Terimakasih ilmunya. Sangat bermanfaat. Minta izin saya simpan ilmunya. Terimakasih
BalasHapus