Diskusi Hari Ke 7 Mengembangkan Perilaku Asertif untuk Melindungi Fitrah Seksualitas Anak
Diskusi malam ini di sajikan oleh
Kelompok 7 yang beranggotakan Teh Neneng Hibbat, Teh Sofi, Teh Deasy, Teh Tetin dan Nida, tema malam ini di latar belakangi dengan kasus-kasus penyimpangan maupun kekerasan seksual yang berseliweran. Belum lagi kasus-kasus terkait pornografi yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Rasanya dunia ini tak aman lagi untuk anak kita, rasanya terlalu takut membayangkan bagaimana keturunan kita kelak menghadapi lingkungan yang begitu semrawutnya. Astagfirullah.
Zaman sekarang, kita sebagai orang tua sudah tak bisa lagi berpikir bahwa dunia ini baik-baik saja. Kita benar-benar harus menyiapkan bekal sebaik-baiknya untuk anak kita. Mendidik fitrah seksualitas untuk anak adalah salah satu jawaban untuk menyiapkan bekal anak di masa mendatang.
👉🏻Ada 3 prinsip dalam mendidik fitrah seksualitas
*Prinsip 1* : Fitrah Seksualitas memerlukan kehadiran, kedekatan, kelekatan Ayah dan Ibu secara utuh dan seimbang sejak anak lahir sampai usia aqilbaligh (15 tahun)
*Prinsip 2* : Ayah berperan memberikan Suplai Maskulinitas dan Ibu berperan memberikan Suplai Femininitas secara seimbang. Anak lelaki memerlukan 75% suplai maskulinitas dan 25% suplai feminitas. Anak perempuan memerlukan suplai femininitas 75% dan suplai maskulinitas 25%.
*Prinsip 3* : Mendidik Fitrah seksualitas sehingga tumbuh indah paripurna akan berujung kepada tercapainya Peran Keayahan Sejati bagi anak lelaki dan Peran Keibuan sejati bagi anak perempuan. Buahnya berupa adab mulia kepada pasangan dan anak keturunan.
Nah, dalam rangka merawat fitrah seksualitas anak, kelompok 7 menjelaskan, harus ada "perilaku" yang sepatutnya kita biasakan pula pada anak-anak kita agar harga diri dan kepercayaan diri anak tumbuh dengan baik. Sehingga diharapkan anak dapat terhindar dari segala bentuk penyimpangan sesksual, kekerasan seksual, bullying, ataupun tindak kejahatan lainnya.
Perilaku tersebut adalah Perilaku Asertif.
Di bidang komunikasi dan psikologi, ada istilah asertivitas. Sederhananya, perilaku asertif adalah perilaku untuk menunjukkan atau menyampaikan perasaan atau pemikiran dengan jujur, tanpa menyinggung perasaan dan hak orang lain.
Kel.7 memaparkan minimal ada 3 alasan, mengapa kemampuan untuk berprilaku Asertif sebaiknya dikembangkan pada anak-anak,diantaranya ;
1⃣Perilaku asertif adalah bagian dari keterampilan sosial. Orang yang asertif merasa nyaman saat mengungkapkan kebutuhannya dan membuat orang lain tetap merasa nyaman. Dengan sendirinya mereka menjadi individu yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan karena jujur, terbuka, dan selaras antara pikiran dan ucapan. Orang-orang yang asertif juga pada umumnya memiliki kecerdasan emosional yang baik.
2⃣Perilaku asertif melindungi hak-hak individual tanpa mengganggu hak orang lain. Banyak contohnya, misalnya berani bilang tidak pada kasus pelecehan atau kekerasan/ bullying pada anak. Di lain pihak, anak juga mampu menunjukkan diri, pendapat, dan pemikirannya sebagai individu yang unik/ spesial tanpa menghina, mengancam, atau merendahkan orang lain. Contohnya saat ia mengatakan lebih menyukai suatu mainan tertentu di sekolah tanpa mengatakan mainan temannya jelek.
3⃣Perilaku asertif sejak dini dapat membuat anak tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih percaya diri, memiliki konsep diri, self-esteem, dan hubungan sosial yang berkembang baik.
Pada orang dewasa saja, perilaku asertif tidak mudah dilakukan. Ada banyak pertimbangan saat kita ingin mengungkapkan pendapat atau keinginan kita, sehingga terkadang kita memilih untuk diam dan menerima. Sebaliknya, ada pula sebagian dari kita yang cenderung agresif saat menyampaikan sesuatu. Agar didengar dan dipatuhi, kita menggunakan kata-kata yang mengancam, merendahkan, atau memaksa. Jelas bahwa berperilaku non-asertif atau agresif bukan pilihan terbaik saat berkomunikasi dengan orang lain, karena itu di bawah ini adalah *beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan kemampuan berperilaku asertif pada anak* :
🔴Contoh nyata dari orang tua atau orang dewasa di sekeliling anak. Misalnya, mengungkapkan keberatan dengan baik disertai alasan yang jelas. Contohnya saat anak tidak mau merapikan tempat tidur sampaikan apa yang kita rasakan atau pikirkan, lalu berikan alasan yang tidak menyinggung anak. Misalnya “Mama ga suka lihat kasur kamu berantakan, kalau kasurnya rapi pasti lebih nyaman kalau kamu mau tidur. “. Jangan lupa, lakukan juga perilaku asertif dengan pasangan dan orang lain, apalagi di hadapan anak.
🔴Kembangkan keberanian dan kepercayaan dirinya. Anak perlu menyadari ia punya hak pribadi untuk berpikir, berpendapat, memilih, dan sebagainya. Tunjukkan pengertian dan penerimaan pada setiap kelebihan dan kekurangan yang ia miliki. Seaneh atau sekonyol apapun idenya bagi kita, tunjukkan kita mendengarkan, lalu beri masukan/ pendapat kita. Buat anak merasa aman dan nyaman saat ia ingin mengungkapkan kebutuhan atau pendapatnya.
🔴Hindari memberi label pada anak. Pada saat berkomunikasi, tekankan pada apa yang membuat kita keberatan, bukan “menyerang” anak sebagai pribadi. Misalnya saat anak kita mengganggu adiknya, fokuskan pada perilakunya tanpa menyebutnya nakal, bodoh, keras kepala, dan lain-lain. Dengan demikian anak paham bahwa kita bukannya benci atau tidak suka pada dirinya, melainkan berharap ia mengubah perilakunya.
Latih anak berperilaku atau berkomunikasi asertif dengan beberapa langkah : Pertama, biarkan ia mencoba mengatasi konflik di lingkungan sosialnya secara mandiri. Kedua, amati caranya berkomunikasi atau mengungkapkan pendapatnya. Berikutnya, kita dapat mengintervensi saat ia tampak menahan diri/ takut/ non asertif, atau sebaliknya terlalu dominan/ agresif. Ketiga, berikan apresiasi dan masukan pada upayanya berperilaku asertif. Dan terakhir adalah dengan cara bermain peran, dimana anak melakukan adegan pada situasi tertentu dimana perilaku asertif itu dibutuhkan.
Dalam diskusi ini ada pembahasan tentang mengidolakan public figure,
Dalam menghadapi tantangan anak yang mulai mengidolakan seseorang, kel.7 memberi pemaparan yang mungkin bisa dijadikan tips untuk melakukan tindakan Asertif, diantaranya
1. Apreciate first
Pertama apresiasi dulu bukan berarti meng Iya kan, tapi dalam rangka mengambil hati mereka.
2. Use the power of question
Setelah mereka merasa senang di dukung ibu nya, gali info apa yg membuat mereka suka kepada salah satu gen halilintar, ibu harus ikut terhayut dengan kisah mereka. Mendengarkan kenapa sih teteh mengidolakan nya...point apa yg teteh suka dari salah satu gen halilintar itu....?
Jadi ketika anak menjawab...pastinya kita tahu..apa sih batasan yang boleh dan tidak.
Dan ketika kita menanyakan ini..hidupkan suasana hati yg fun...nyaman...riang...sianak tidak terkesan sedang digurui emaknya.....
3. Give another alternative Baru kasih wejangan, bandingan mereka dengan RosulAllah,bagaimana sikap wanita kepada laki2 non mahrom dll
4. Follow up
Dan ini pun tidak bisa hanya sekali saja...kita dilain waktu bisa menanyakan atau kita observasi lah tingkah si anak...masih "mengidolakan" dg si salah satu gen halilintar apa tidak...
Diskusi malam ini ditutup dengan disisipkannya media edukasi yang kel.7 sajikan dan bisa kita jadikan alternatif pembelajaran untuk kita dan keluarga, diantaranya ;
1. https://youtu.be/MMc8AP9KhEM
2. https://youtu.be/N18Vj6ox7LU
#Tantangan10Hari
#Harike7
#Level11
#KuliahBunSayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak
Komentar
Posting Komentar