Kerinduannya, Kerinduanku
Bu percayalah, ibu bukan satu-satunya orang yang paling banyak memiliki tanggungan dan kerepotan di rumah.
Lemari yang kosong, ruangan yang kian hari kian sesak dengan tumpukan pakaian dan mainan, bahkan sandal atau sepatu yang terjun bebas tak beraturan.
Bu, ingatlah, anak-anakmu itu bukan hanya sekedar pajangan, yang hanya kau rindui kehadirannya saat ia masih betah berlama-lama dalam buaian rahimmu.
Mereka itu tidak bisa memilih, akan di lahirkan oleh siapa, dengan ibu yang bergelimang hartakah? atau ibu yang bertittle tinggi kah? atau bahkan dengan ibu yang mempunyai bawahan berpuluh atau bahkan beratus ribu orang?
Sudah Lupakah Bu?
Hanya suara mu yang ia kenal saat itu, suara yang selalu mengelu-elukannya, suara yang selalu sumringah bahagia tanpa beban mengusap lembut tubuhnya dibalik tebalnya dinding rahimmu, suara yang senantiasa bercerita tentang keseharian suamimu, keseharianmu, suara yang selalu memintanya untuk segera lahir ke dunia, suara lembutmu itu juga yang ia rindui saat ini, saat ia sedang bahagianya bercerita, mulai berbangga, dan berucap "Ya inilah ibuku!"
Jangan rusak kerinduannya dengan teriakan, bentakan, dan sikap acuh yang engkau tunjukan
Jangan rusak angannya, dengan hilangnya belaian, rasa risih dan kerepotan yang engkau ciptakan
Jangan rusak konsentrasinya saat ia mulai menyusun rapih memori indah tentang sosok muliamu ibuu...
Bahkan sinap-sinap di otakknya akan putus dan hancur satu persatu saat kau mulai berteriak dan menjadikannya seolah hama yang harus disingkirkan, saat kau mulai merasa risih dan terganggu hanya karena ia menunggumu bercerita (lagi) tentang keseharianmu, dan keseharian suamimu.
Tak bisakah kita memulai lagi mengembalikan kerinduannya, dan kerinduanmu yang kau mohonkan dahulu kepadanya??
Tulisan ini sungguh sebagai penyemangat untuk diri saya pribadi yang papa dan terkadang merasa hampa di tengah keramaian.
Serang, 6 April 2017 , 00:50 WIB
Komentar
Posting Komentar