Materi#3 Tazkiyatun Nafs Matrikulasi HebAT

πŸ“’πŸ“’πŸ“’πŸ“’πŸ“’πŸ“’πŸ“’πŸ“’πŸ“’πŸ“’πŸ“’

Bismillahirrahmanirrahim...

πŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“š
Jadwal Kulwap Materi Pokok 3⃣

*Tazkiyatun Nafs*

*SME: Bunda Rita Riswayati*

Live dari *Grup β“‚atrik #4 Solo*

πŸ“† *Senin, 3 April 2017*
⏰ *Jam: 19:30 - 21:00 WIB*

Staytune yaa... ayah bunda pembelajar...

πŸ“–πŸ–ŠπŸ“–πŸ–ŠπŸ“–πŸ–ŠπŸ“–πŸ–ŠπŸ“–πŸ–ŠπŸ“–πŸ–Š
[1/4 3:47 PM] Noni Hebat Banten: πŸ’‘πŸ’‘πŸ’‘πŸ’‘πŸ’‘πŸ’‘πŸ’‘πŸ’‘πŸ’‘πŸ’‘πŸ’‘
*Tazkiyyatun Nafs*
(Selanjutnya penulis singkat jadi TN)

Diresume oleh: Rita Riswayati

Tazkiyyatun Nafs sesungguhnya diperuntukan bagi orang yg sdh aqil baligh, sdh atau belum menikah, punya anak atau tidak, guru maupun murid.

Kalau saya baca dari kitab tafsir Ibnu Katsir, Tazkiyyatun Nafs artinya *membersihkan/mensucikan , maknanya adalah tunduk dan ta'at*

Jadi *how*nya, apapun yg bisa membuat kita makin tunduk dan ta'at pada Alloh.
Efeknya hati menjadi bening, jernih jiwapun sehat baru bimbingan Alloh, Rosul, orang" sholih dan apapun serta siapapun 'guru kehidupan' akan membuat kita dapat mengambil hikmah.

Menurut pak Harry Santosa, Tazkiyyatun Nafs teknisnya adalah dengan berkegiatan sesuai aspek-aspek fitrah. Fitrah keimanan dan seterusnya.

Kembali ke resume kitab, start dan finish beban penghambaan adalah Tauhid yg membersihkan jiwa dari syirik dan berbagai akibatnya spt 'ujub, dengki, sombong, kikir , *amarah*, dzolim, cinta dunia, dll.

TN bertujuan mensucikan diri plus melepaskan beban, kecuali penghambaan. Jadi apapun amanahNya, termasuk anak,jadikan itu aktualisasi diri dari penghambaan kita kepada Alloh.
Udah, kelar masalah kitaπŸ˜€

*Induk Sarana TN*:
> Sholat (Al -Ankabut: 25)
> Zakat, infak, shodaqoh ( Al Lail : 18)
> Shaum ( Al Baqoroh: 183)
> Tilawah Al Qur'an:  Al Anfal: 2)
> Dzikir ( Ar- Ra'd: 28 & Al-Fajr: 27-28)
> Tafakkur (Ali Imron: 190-193)
> Mengingat kematian (Al- A'raf: 185)
> Muhasabah harian (Al Hasyr: 18)
> Mujahadah /bersungguh-sungguh ( Al 'Ankabut: 69)
> Amal Ma'ruf dan nahi munkar (Al Ma'idah: 78; Asy-Syams: 9; Ali Imran: 104)
> Melakukan pelayanan umum dan khusus dan tawadhu' ( Al Hijr: 88)
> Taubat ( Al Furqon: 70)

*dinukil dari Intisari Kitab Ihya'Ulumuddin, syekh Imam Al Ghazali

SESI TANYA-JAWAB

1⃣ *Agie, Bandung*

Kadang orang tua dalam mencari kegiatan untuk anak, tidak benar-benar memperhitungkannya scr holistik dari sisi si anak. Misal, ada kegiatan prakarya di tempat yg agak jauh dari rumahnya. Tapi karena atas nama agar anak berkegiatan, tetap berangkat, tanpa org tuanya tidak memperhitungkan lama perjalanan yg harus ditempuh dan bagaimana proses perjalanannya (karena semua 12 indera anak sgt sensitif, sehingga akan terstimulasi secara berlebihan ketika melakukan perjalanan dan jadi lelah fisiknya), anak lelah, tidak mood ketika sampai. Atau tidak memperhitungkan temperamen alami sang anak, cocok atau tidak dengan jenis kegiatannya, tidak menyiapkan perbekalan makanan, sehingga pada akhirnya jajan makanan yang belum jelas kehalalan dan kethayyibannya. Gimana caranya agar orang tua tidak hanya sekedar mencari segala bentuk kegiatan untuk anak, tapi benar-benar memilih dan mempersiapkan dengan baik, dgn memperhitungkan dari sisi sang anak.

Jawab
1⃣ Bunda Agie, sebagai orangtua kita sering berpikir ideal. Dan anak-anak justru yang menjadi jalan agar kita juga berpikir realistis.
Makin lama kita akan terlatih strategis untuk bisa menjembatani idealitas dan realitas ini kok.
Pada dasarnya pola mencari keseimbangannya sama,  persiapkan :
1. Rohani kita dg TN.
2. Akal kita dg pengetahuan dan strategi. Pengetahuan bukan sekedar ilmu, tapi pengetahuan kita ttg anak. Wajib dikenali ke khasannya. Apa yg paling membuatnya semangat, tertarik dan sebaliknya.
Gunakan data sebelumnya sebagai bekal berkegiatan kedepannya.
3. Fisik, anak 0-6 tahun secara fisik aman dan nyaman. Makanannya, sekresinya (pola BAB,BAK,keringat/kelembaban). Mainan kesayangan. Lingkungan:ramai atau sepi.
Dan lain sebagainya.
4. Naluri/insting orangtua, jika ada keraguan segeralah cari keyakinan diri. Sehingga yakin untuk mengambil, menunda atau memang tidak perlu mengambil kegiatan itu untuk anak.
Ini juga perlu dilatih di asah, sehingga kepekaan kita memprediksi apakah ini yg terbaik untuk kita atau untuk anak.

Yang terpenting evaluasilah setiap kegiatan. Proses dan dampaknya. Makin sering berkegiatan dengan diawali *niat* yg sungguh-sungguh dan diakhiri evaluasi inshaAlloh kita dan anak-anak akan terlatih jiwa,akal dan raganya.

Di HEbAT kami mendorong Orangtua utk pede dan senantiasa mau belajar mendampingi anakΒ²nya sendiri utk berkreasi, belajar berempati terhadap anak, menurunkan ego/ekspektasi, "membaca" dan menyerap kebutuhan anak serta mengapresiasi setiap pencapaian anak dan perbanyak bersyukur.
βœ…

2⃣ *Tri, Solo*

1. "TN bertujuan mensucikan diri plus melepaskan beban, kecuali penghambaan"
saya guru/pendidik, namun belum bisa amanah dgn tugas saya mungkin karena ada rasa 3D dengki dendam dongkol di hati. mohon tips/ nasehat ustadzah utk melepas beban 3D tersebut.

2. apakah anak yg belum baligh tidak perlu TN, padahal sudah mulai praktek sholat, ngaji, sodakoh dll.mohon pencerahannya

3. induk sarana TN salah satunya: tilawah Al Quran.
menghafal Al Quran (= membaca ayat/surat berulang2) membuat jiwa tenang dan hati bersih. mengapa ketika jumlah hafalan ditargetkan di sekolah/pondok, ada murid yg stress (afwan)

terimakasih

Jawab :

2⃣ Bunda Tri, 3D ini musuh dalam selimut memang.πŸ˜…

Ibarat gulma yg mengganggu amal produktif kita, maka yg paling efektif membasminya adalah: temukan akar pencetus 3D.
Terutama dendam, bisa jadi pangkal dongkol tak berkesudahan dan merembet kemana-mana
Dengki netralisir dengan perkuat rasa syukur, itu yg saya upayakan jika kambuh penyakit hati semacam itu.

Untuk anak sebelum, sebelum aqil baligh maka yang kita memang perlu *melatihnya* untuk membersihkan jiwa, meski Tazkiyatun Nafs itu sendiri sebenarnya adalah bermakna olahjiwa.
TN untuk anak justru sebenarnya ditekankan sebagai pondasi adab.
Adab sebagai murid, adab berguru. Dalam seminar yg saya hadiri, ustadz Faudzil Adzhim pernah menuturkan, dalam tradisi pesantren salaf, ada sebuah kitab dasar tentang adab yang wajib dipelajari. Nama kitabnya: Ta'lim Muta'alim.
Meski ada beberapa bagian yang sudah kurang relevan dengan perkembangan saat ini (kata suami saya kalau ini).

Adapun sarana TN yg ternyata efeknya justru mbuat stress, itu lebih disebabkan karena:
1. Nawaitu. Niat yang memang buksn untuk TN
2. Tidak diawali dengan menumbuhkan kecintaan pada Al Qur'an .
3. Target hapalan yang tidak selaras dengan fitrah belajar atau fitrah bakat. Sehingga justru menjadi beban, bukan sebuah kenikmatan.

3⃣ *Ummi Nisa, Solo*

Ketika kita sudah berusaha untuk memperbanyak amalan2 baik wajib maupun sunnah dan dilakukan dengan bersungguh2, tetapi sepertinya belum mendapatkan ketenangan jiwa..apakah ada yg salah dari diri kita? Langkah apa yg harus dilakukan?
Jazakumullah khoiron katsiron..

Jawab :
3⃣Ummi Nisa, saya pernah  punya trauma yang sangat membekas, dan lama membuat saya sering muncul perasaan tak tenang.
Ternyata masalahnya ada pada: saya kurang mengimani takdir.
Sehingga saat saya takut untuk marah pada Alloh, saya melampiaskan marah  kekecewaan pada manusia.

Jadi saya makin memahami bahwa mengimani qodar itu begitu pentingnya untuk jiwa saya sendiri. Lebih ikhlas dan optimis menjalani hidup, bersemangat menuju masa depan dan menjalankan amanah sebagai orangtua untuk 6 buah hati kami.

Jadi intinya kenali sumber masalahnya, dan hanya kita sendiri yang tahu.

Tambahan untuk no 3⃣, ternyata menjalankan HE membuat hati saya jauh lebih tenang. Sebab TN memang berefek pada turunnya egosentris kita, dan melemahnya obsesi syahwat dan penyakit cinta dunia.

4⃣ *Fitien - Jombang*

Bagaimana cara / kiat agar istiqomah dalam usaha untuk membersihkan jiwa?

Jawab :

4⃣Bunda Fitien, Istiqomah itu sendiri sepemahaman dan sepengalaman saya,  sebenarnyca hasil dari sebuah proses. Awalnya dari kebutuhan.
Temukan alasan terpenting sehingga apapun yg kita lakukan, termasuk TN adalah sebuah *kebutuhan* jiwa.
Dalam ilmu tentang tubuh, rasa haus itu adalah alarm yg menandakan tubuh membutuhkan asupan air, demikian pula rasa lapar.
Untuk jiwa alarm haus dan lapar itu ada pada perasaan labil, gundah, galau, gelisah serasa ada sesuatu yang timpang. Saat alarm itu menyala maka itu kode untuk kita kembali ke track. Fluktuatif keimanan itu hal manusiawi, begitupun memperjuangkannya untuk kembali ke jalan yang seharusnya. Itupun hal yg setiap manusia bisa lakukan, sangat manusiawi juga.

5⃣ *Sari Masyita (Bunda Azzam), Aceh*

Assalammualaikum ustadz...
saya mau bertanya mengenai tazkiyatun nafs...
Terkadang yang namanya semangat hati terkadang semangat ibadah ustadz tapi terkadang malaz banget, kalo lg semangat ibadah membersamai anak pun jd semangat dan sebaliknya kalo lagi ga semangat jd terkadang cuek ma anak, gimana menyikapi hal ini ya ustadz
Terima kasih 

Jawab :
5⃣ Bunda Sari, ini jawabannya senada dengan no 4⃣.
Buat alasan sebanyak banyaknya, cari dari sekian alasan itu yang *terpenting*.
Bisa dipandu pertanyaan diri: the powet of question.
Mengapa saya harus stabil dalam membersihkan jiwa?
Untuk apa?
Dan seterusnya.
Ditulis saja bun kalau lagi futur (nge-drop), terus baca berulang-ulang. Sampai jiwa dan akal kita tersadar dan tergeraklah raga kita untuk melaksanakan berbagai sarana TN. Temukan dan rasakan energi yang didapat dari TN, lalu salurkan ke orang" terdekat: anak dan pasangan hidup kita.

Kaitannya dengan anak, kembalikan lagi tadi seperti yg saya sampaikan di materi pengantar: TN itu hakikatnya penghambaan, dan menjalankan amanah mengasuh dan  mendidik anak adalah bagian dari penghambaan itu sendiri, apapun ptofesi, jabatan duniawi pada akhirnya pertanggungjawaban peran sebagsi orangtua kelak akan dihisabNya.

6⃣ *Ratna - Solo*

Bagaimana menumbuhkan tawakal,  setelah ikhtiar agar bisa positif thinking atas keputusan yg dilakukan?

Jawab:

6⃣ Bunda Ratna, rumus tawwakal itu= ikhtiar+do'a+huznudzon.

Jadi positif thinking itu buat saya pribadi adalah modal.
Tapi memang modal yang berawal dari kebiasaan mencari dan menemukan hikmah dalam setiap peristiwa penting hidup saya.
InshaAlloh saat terlatih berpikir, berikhtiar dan menjalinnya dengan do'a, aliran positif thinking sangat terasa menyegarkan pikiran dan menentramkan jiwa.

Kaitannya dengan keputusan, keputusan itu hasil proses berpikir, menganalisa dari berbagai input dan pengalaman. Jadi makin sering diasah, kita akan terbiasa yakin dengan keputusan yg perlu diambil.
Dengan panduan kitabulloh tentunya.

7⃣ *Yenni - Medan*

Smnjak sy menikah tingkat penakut penyegan sampai rendah diri makin meningkat khususny dengan adik ipar dan mertua krn efek suara di keluarga lbh mendominasi mrk .. apalagi ttg pengurusan anak .. mgkn efek krn sy bekerja dan menitipkan anak kpd mrk..dampakny skrg anak sy jg agak kasar dalam hal etika padahal sblm2nya tdk spt itu..dan sy juga agak payah mengikuti aturan suami sy.. jd bagaimana cara sy mensucikan fitrah diri sy ini..krn dampak yg terlihat sy jadi srg pelupa ceroboh dan kebingungan..tdk be yourself khususny di hadapan kel suami sy

Jawab:

7⃣ Bunda Yenni yang di sayang Alloh, rasa takut kita adalah wajar sebenarnya. Hanya letaknya tentu tak boleh melampaui rasa takut kita pada Alloh.

Dan pada dasarnya efek takut pada Alloh dan takut pads selain Alloh memang beda.
Takut pada Alloh membuat kita memiliki jiwa merdeka. Tak gentar dengan apapun, sebab memang takut pada Alloh menjadi senjata keberanian.

Sebaliknya, takut pada manusia, karier, harta, jiwa, dan faktor duniawi lainnya, berefek pada membelenggu jiwa.

Bersandar pada Alloh berarti kita bersandar pada yang Maha, bersandar pada selainnya justru melemahkan.

Maka perkuat sandaran kita pada Alloh, maka perlahan rasa takut akan memudar. Yang hadir adalah perasaan rileks dan optimis.
Kita akan rileks menghadapi suami, mertua dan ipar serta siapapun.

Yg perlu kita pelajari dan amalkan: komunikasi vertikal horizontal.
Vertikal pada Alloh, dengan TN.
Horizontal pada sesama hambaNya. Bekalnya dengan mempelajari bahasa kasih . Itu diantaranya.
Percaya diri itu muncul karena perasaan rileks dan optimis juga.

8⃣ *Santi - Malang*

Assalamu'alaikum. Disebutkan di materi beberapa sarana Tadzkiyatun Nafs menurut Al-Quran, apakah harus terpenuhi semua utk dapat mendampingi ananda menumbuhkan fitrahnya? Jujur masih ada yang belum mampu sy lakukan scr sempurna, misal di salah satu amalan sudah istiqomah sementara yg lain blm. Terimakasih.

Jawab:

8⃣ Bunda Santi, TN itu latihannya jiwa, TN juga masuk pada proses belajar dan mengajar.
Saat kita menumbuhkan dan menguatkan fitrah keimanan anak serta fitrah yang lainnya, melatihnya beribadah, mendampinginya belajar tentang segala aspek kehidupan, sebenarnya kita sedang melakukan TN juga.

Bagaimana kita mengekspresikan imagi positif mengimani Alloh, Rosul dan bagian" keimanan lainnya, kita sedang berTN.
Dan anak sangat peka, terasa saat kita 'membohongi' dg ekpresi sandiwara iman, misalnya.

Menikmati sholat, tadarus, berbagi dengan tawadhu, dan sebagainya.

Maka lakukanlah apa yang paling kita nikmati dulu, efeknya akan mengalir ke anak juga, selain manfaat untyk diri kita.

Para sahabat Rosul pun memang punya andalan ibadah yang terbentuk dan membentuk karakter khas.
Jadi tak perlu berpikir harus sempurna segala sarana, nikmati yg kita mampu lakukan maximal.

Tazkiyyatun Nafs itu riyadoh jiwa sepanjang hayat, kebugaran jiwa terasa saat riyadoh konsisten dan fokus.
Dan Alloh telah menolong kita dengan berbagai ujian agar kita merasa butuh dan terus butuh membersihlan jiwa.
Dan anak adalah bagian dari ujian tersebut. Maka cintailah anak karena dengan keberadaannya Alloh tengah memberi nikmat dan sekaligus menaikan derajat kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kulwap Parenting "Mengobati Innerchild Yang Terluka"

"Me Vs Mom"

Resume Tambahan Kelas BunSay