Materi #1 Home Education (HE)

📚 *Resume Kulwap Ⓜatrikulasi #4 Aceh HEbAT Community*

Materi Pokok 1:
*Apa dan Bagaimana HE*

SME: Ust. Harry Santosa
Host: Bunda Noni
Admin: Bunda Izzati
Notulis: Bunda Ira
=====================

🏡 "Apa dan Bagaimana Home Education"
                                                  Narasumber : Ust.Harry Santosa dan Ibu Septi Peni Wulandani
----------------------------

Bagian 1
💖 Home Education
(Pendidikan berbasis Rumah)

Peradaban sesungguhnya berawal dari sebuah rumah, dari sebuah keluarga. Home Education itu sifat wajib bagi kita yang berperan sebagai penjaga amanah. Karena sesungguhnya HE itu adalah kemampuan alami dan kewajiban syar’i yang harus dimiliki oleh setiap orang tua yang dipercaya menjaga amanahNya.

Jadi tidak ada yang “LUAR BIASA” yang akan kita kerjakan di HE. Kita hanya akan melakukan yang “SEMESTINYA” orangtua lakukan. Maka syarat pertama “dilarang minder” ketika pilihan anda berbeda dengan yang lain. Karena kita sedang menjalankan “misi hidup” dari sang Maha Guru.

Home Education dimulai dari proses seleksi ayah/ibu yang tepat untuk anak-anak kita, karena hak anak pertama adalah mendapatkan ayah dan ibu yg baik. Setelah itu dilanjutkan dari proses terjadinya anak-anak, di dalam rahim, sampai dia lahir. Tahap berikutnya dari usia 0-7 tahun, usia 8-14 tahun, dan usia 14 tahun ke atas kita sudah mempunyai anak yg aqil baligh secara bersamaan.

Home Education sebagai orang tua dan anak nyaris selesai di usia 14 th ke atas. Orang tua berubah fungsi menjadi coach anak dan mengantar anak menjadi dewasa, delivery method HE pun sudah jauh berbeda.

Kita dipercaya sebagai penjaga amanahNya, SEMESTINYA kita menjaganya dengan ilmu. Jadi orang tua yang belajar khusus untuk mendidik anaknya seharusnya hal BIASA, tapi sekarang menjadi hal yang LUAR BIASA karena tidak banyak orang tua yg melakukannya.

Hal-hal yang SEMESTINYA orang tua lakukan :
◈ Mendidik
◈ Mendengarkan
◈ Menyanyangi
◈ Melayani (pd usia 0-7 thn)
◈ Memberi rasa aman&nyaman
◈ Menjaga dari hal-hal yg merusak jiwa dan fisiknya
◈ Memberi contoh dan keteladanan
◈ Bermain
◈ Berkomunikasi dengan baik sesuai usia anak

Bagian 2
💖 “OUTSIDE IN“ vs “INSIDE OUT”

Tugas mendidik bukan menjejali “OUTSIDE IN“, tetapi “INSIDE OUT” yaitu menemani anak-anak menggali dan menemukan fitrah-fitah baik itu sehingga mereka menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) tepat ketika mencapai usia aqil baligh. Satu-satunya lembaga yang tahu betul anak-anak kita, mampu telaten dan penuh cinta hanyalah rumah dimana amanah mendidik adalah peran utama ayah bundanya.

Anak lahir ke muka bumi membawa fitrahnya, sehingga perlu pendidikan yang mengeluarkan fitrah anak tersebut:

✅ Fitrah Kesucian. Inilah yang menjelaskan mengapa tiap manusia mengenal dan mengakui adanya Tuhan, memerlukan Tuhan, sehingga manusia memiliki sifat mencintai kebenaran, keadilan, kesucian, malu terhadap dosa.
✅ Fitrah Belajar.
Tidak satupun manusia yang tidak menyukai belajar, kecuali salah ajar. Khalifah di muka bumi tentunya seorang pembelajar tangguh sejati.
✅ Fitrah Bakat.
Ini terkait misi penciptaan spesifik atau peran spesifik khilafah atau peradaban, sehingga setiap anak yang lahir ke muka bumi pasti memiliki bakat yang berbeda-beda.
✅ Fitrah Perkembangan.
Setiap manusia memiliki tahapan perkembangan hidup yang spesifik dan memerlukan pendidikan yang sesuai dengan tahapannya, karena perkembangan fisik dan psikologis anak bertahap mengikuti pertambahan usianya. Misalnya, Allah tidak memerintah ajarkan shalat sejak dini, tetapi ajarkan shalat jika mencapai usia 7 tahun. Pembiasaan boleh dilakukan tapi tetap harus didorong oleh dorongan penghayatan aqidah berupa cinta kepada Allah dari dalam diri anak-anak.

🔻 Pendidikan Berbasis Shiroh

Kita perlu mengkaji lebih dalam pendidikan yang dialami oleh Rasulullah dari lahir sampai dewasa, sebagai contoh pendidikan untuk anak-anak nanti. PENDIDIKAN dan PERSEKOLAHAN adalah hal yang berbeda. Bukan sekolah atau tidak sekolah yang ditekankan, tetapi bagaimana pendidikan yang sesuai dengan fitrah anak sehingga potensi alamiah anak dapat dikembangkan, karena setiap anak memiliki potensi yg merupakan panggilan hidupnya.

🔻 Pendidikan Berbasis Potensi & Akhlak

Yang dimaksud adalah yang terkait dengan performance. Dimulai dengan mengenal sifat bawaan atau istilah Abah Rama dengan Personality Productive yang kemudian menjadi aktivitas dan performance, lalu  menjadi karir dan peran peradaban yang merupakan panggilan, akhirnya menentukan destiny. Jadi pengembangan potensi berkaitan dengan performansi, namun performansi memerlukan nilai-nilai yang disebut sebagai akhlak dan moral karakter.

Dalam mengembangkan bakatnya, anak-anak perlu diingatkan dan diteladankan dengan nilai-nilai dalam keyakinannya (Al Islam) agar perannya bermanfaat dan rahmat atau menjadi akhlak mulia. ” Setiap keluarga memiliki kemerdekaan untuk menentukan dan mengejar mimpinya , termasuk dalam hal pendidikan.”

Bagian 3
💖 Tazkiyatunnafs.

Secara sederhana dimaknai sebagai pensucian jiwa, membersihkan hati dengan banyak mendekat, memohon ampun, menjaga serta berhati-hati dari hal-hal yg syubhat apalagi haram atau waro’ kepada Allah dengan harapan keridhaan Allah SWT agar ditambah hidayah sehingga fitrah nurani memancar dalam akhlak dan sikap serta kesadaran yang tinggi atas peran (tauiyatul a’la). Pendidikan anak atau generasi memerlukan ini sebagai pondasi awal. Selanjutnya adalah masalah teknis.

Umumnya kecemasan, obsesif, banyak menuntut atau banyak memaksa atau sebaliknya, tidak konsisten (dalam arti sesuai fitrah anak, bukan obsesi orang tua), tidak percaya diri mendidik anak, muncul karena kurangnya tazkiyatunnafs para orang tuanya sehingga mudah terpengaruh oleh “tuntutan atau perlakuan” yang tidak sesuai atau menciderai fitrah.

Tujuan tazkiyatunnafs orang tua, adalah agar kita kembali kepada kesadaran fitrah kita dengan memahami konsep pendidikan sejati sesuai fitrah.
Ketika orang tua menginginkan anaknya shalih maka orang tua harus memahami konsep kesejatian/fitrah anak dan makna keshalihan sesungguhnya. Shalih adalah amal, bukan status.
Pesan dari Bunda Septi yang selalu kami pegang,  “Untuk itu siapkan diri, kuatkan mental, bersihkan segala emosi dan dendam pribadi, untuk menerima SK dari yang Maha Memberi Amanah. Jangan pernah ragukan DIA. Jaga amanah dengan sungguh-sungguh, dunia Allah yang atur, dan nikmati perjalanan anda.”

Bagian 4
💖 Metode dan Cara

Sudah tidak diragukan lagi bahwa mendidik (bukan mengajarkan) Aqidah sejak usia dini, adalah hal yang mutlak. Aqidah yg kokoh akan amat menentukan pilihan2 serta pensikapan2 yg benar dan baik dalam kehidupan anak2 kita kelak ketika dewasa. Lalu bagaimana metode dan caranya?

Menurut yg saya pahami secara sederhana, bahwa pertama, setiap pendidik atau ortu perlu menyadari bhw sesungguhnya setiap anak manusia yg lahir sudah dalam keadaan memiliki fitrah aqidah atau keimanan kpd Allah Swt. Setiap manusia pernah bersaksi akan keberadaan Allah swt, sebelum mereka lahir ke dunia. Maka tdk pernah ditemui di permukaan bumi manapun, bangsa2 yg tidak memiliki Tuhan, yaitu Zat Yang Maha Hebat tempat menyerahkan dan menyandarkan semua masalah dalam kehidupan.

Dengan demikian maka, yg kedua adalah bahwa tugas mendidik adalah membangkitkan kembali fitrah keimanan ini, namun bukan dengan doktrin atau penjejalan pengetahuan ttg keimanan, namun dengan menumbuhkan (yarubbu/inside out) kesadaran keimanan melalui imaji-imaji positif tentang Allah swt, tentang ciptaanNya yang ada pada dirinya dan ciptaanNya yg ada di alam semesta.

Dengan begitu maka, yg ketiga adalah dengan metode utk sebanyak mungkin belajar melalui hikmah-hikmah yang ada di alam, hikmah yang ada pada peristiwa sehari-sehari, hikmah pada sejarah, hikmah2 pada keteladanan dstnya.

1. Menjadi penting membacakan kisah2 keteladanan orang2 besar yg memiliki akhlak yg mulia sepanjang sejarah, baik yg ada dalam Kitab Suci maupun Hadits maupun yg ditulis oleh orang2 sholeh sesudahnya.
2. Menjadi penting senantiasa merelasikan peristiwa sehari2 dengan menggali hikmah2 yg baik dan inspiratif.
3. Menjadi penting untuk senantiasa belajar dengan beraktifitas fisik di alam dgn, meraba, merasa, mencium aroma, mengalami langsung dstnya.

Metode berikutnya, tentu saja kisah2 penuh hikmah itu perlu disampaikan dengan tutur bahasa yg baik, mulia dan indah bahkan sastra yg tinggi. Menjadi penting bahwa tiap anak perlu mendalami bahasa Ibunya dan bahasa Kitab Sucinya. Bukan mampu meniru ucapan, membaca tulisan dan menulis tanpa makna, namun yg terpenting adalah mampu mengekspresikan gagasan2 dalam jiwanya secara fasih, lugas dan indah, sensitif thd makna kiasan2 dalam bahasa sastra yg tinggi.

Para Sahabat Nabi SAW yg dikenal tegas namun memiliki empati dan sensitifitas yg baik serta visioner umumnya sangat menggemari sastra.
Semua metode itu, kembali lagi, adalah bertujuan utk membangun kesadaran keimanan melalui imaji2 positif lewat kisah yg mengisnpirasi, melalui kegairahan yg berangkat dari keteladanan, pemaknaan yg baik melalui bahasa ibu yg sempurna dstnya.

Imaji negatif akan melahirkan luka persepsi dan luka itu akan membuat pensikapan yg buruk ketika anak kita kelak dewasa.

Sampai sini kita menyadari bhw peran orangtua sebagai pendidik yg penuh cinta serta telaten maupun sebagai sosok yg diteladani dan menginspirasi tidak dapat digantikan oleh siapapun, apalagi dalam membangkitkan kesadaran keimanan anak2nya. Maka penting bagi para pendidik untuk melakukan pensucian jiwa (tazkiyatunnafs) sebelum memulai mendidik dgn kitab dan hikmah.

Bukankah orangtua lah yg akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat, bukan yang lain?

Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasispotensiakhlak
----------------------------
♻ Disusun oleh: Tim Pengurus Pusat HEbAT

=====================
*Tanya Jawab*

1⃣ *Persiapan Memulai HE*

*Karlina, Bekasi*
*Revika, Banda Aceh*
*Mardiyah, Sidoarjo*
*Rahma, Jogja*
*Anna, Sidoarjo*
*Fitien, Jombang, Jawa Timur*

Assalamu’alaikum warahmatullaah wabarakatuh,

1.     Saya sudah agak kebayang tentang HE ketika dianalogikan dengan turunnya Al-Quran yang berangsur-angsur dan tidak urut sesuai kondisi dan peristiwa. Seperti ketika ada orang buta BAK di depan masjid, baru turunlah surat abasa, Allah nggak bilang "nanti akan ada orang buta, engkau Muhammad jangan begini jangan begitu"

✔ Tapi bagaimana garis besarnya penerapan HE berbasis fitrah pada anak-anak yang belum sempurna akalnya?
✔ Apa saja yang kami persiapkan sebagai orangtua untuk memulai FBE?

2.     Saat ini saya berniat untuk menerapkan HE, tapi mengingat anak-anak selalu bertanya hal yang tidak terduga, bagaimana saya menyiasati pertanyaan-pertanyaan yang mungkin ditanyakan oleh anak saya, yang apabila di sekolah hal-hal seperti itu didapatkan dari pelajaran sekolah (misal: tentang terjadinya hujan, tentang awan, dsb).
✔ Adakah kurikulum baku dalam menerapkan HE?
✔ Hal mendasar apa yang wajib saya kuasai untuk memulai HE?

3.     Apakah konsep HE ada sebuah manhaj atau panduan pokoknya, yang bisa kita jadikan parameter kita sebagai pendidik, masih on the track atau tidak?
Adakah parameter proses HE berjalan ideal?

4.     Saya mau bertanya tentang bagaimana HE dan HS itu sendiri. Saya baru saja bergabung dalam grup HEbat dan IIP. Ada rasanya bahwa saya ingin juga menjadi fasbel anak untuk HS selain kegiatan sekolahnya yang perdana  segera dimasuki ananda PAUD bulan juli nantinya.

✔ Untuk seorang yang buta akan HS dan HE itu sendiri. Modal persiapan seperti apakah yang sebaiknya dilakukan ?
✔ Pemikiran pemikiran yang bagaimanakah agar anak tidak kehilangan fitrah nya karena terkadang kami masih terbayang bayang bahwa tolak ukur keberhasilan anak adalah tercapai target orang tua ingin anaknya seperti ini dan seperti itu.

Mohon bantuan pencerahannya agar tidak salah jalur dalam membersamai mereka. menjadi fasbel untuk mereka.                       

5.     Apakah di grup  HEbAT nanti juga akan dijelaskan cara / tips mendidik dengan HE berdasarkan fitrah-fitrah pada diri anak?

*Jawab*

1⃣Persiapan Memulai HE

Ayah Bunda yang baik,

HE berbasis fitrah sangat mengutamakan tahapan perkembangan anak,
Tahap 0-6 tahun adalah tahap penguatan Konsepsi dengan Imaji Imaji keindahan atau positif
Tahap 7-10 tahun adalah tahap penumbuhan Potensi dengan aktifitas di alam dan kehidupan
Tahap 11-14 tahun adalah tahap pengujian Eksistensi dengan pemberian tanggungjawab pada kehidupan nyata.

Jadi anak anak yang belum sempurna aqalnya, umumnya usia 0-6 tahun, lebih banyak kepada abstraksi dan imajinasi untuk menguatkan konsep Allah, konsep belajar dan bernalar, konsep sifat unik, konsep individualitas/ego, konsep gender dstnya

Orangtua diminta untuk membaca dan memahami framework dengan cermat dan teliti, kemudian rileks dan optimis menjalaninya sesuai keunikan fitrah anak dan fitrah keluarga masing masing. Kemudian menyadari bahwa upaya mendidik fitrah pada akhirnya adalah menghantarkan anak pada peran peran peradaban terbaiknya dengan adab mulia ketika aqilbaligh.

Karenanya HE berbasis fitrah tidak memiliki kurikulum baku, yang ada adalah Framework FBE dimana ayahbunda dapat merancang kegiatan untuk menumbuhkan setiap aspek fitrah sesuai tahapan yang ada di dalam framework. Anak kita tidak boleh dibandingkan dengan standar atau anak lain, tetapi dibandingkan dengan capaiannya sendiri sesuai fitrahnya pada tiap tahap perkembangannya.

Indikator indikator dalam framework diberikan untuk tiap tahap, namun bukan capaian pengetahuan atau skill, karena tiap anak akan berbeda kebutuhan skill dan knowledge, tetapi indikator capaian terkait tumbuhnya tiap aspek fitrah dan aspek adab yang menjadi tanggungjawab orangtua..

Yakinlah bahwa anak yang tumbuih fitrah belajar dan bernalarnya dengan hebat, akan belajar dan menjadi inovator yang menebar rahmat sepanjang hidupnya. Namun, anak yang banyak diajarkan, akan selalu meminta diajarkan sepanjang hidupnya. Begitupula anak yang fitrah keimanannya tumbuh hebat dalam wujud gairah dan cinta kepada Allah, Rasulullah SAW, Kitabullah akan mendalami dan mengamalkan Islam sepanjang hidupnya. Anak yang hanya dibebankan taklif syar'i tanpa tumbuh fitrahnya, maka akan meninggalkan semuanya ketika kita wafat kelak.

Dalam HE para orangtua tidak perlu menjadi guru yang tahu semua hal, tetapi menjadi orangtua sejati yang menemani dan membersamai berbagai hal yang ingin dipelajari anak dan membentuk sikap serta menumbuhkan fitrahnya ✅
Tahapan umum fitrah perkembangan (lihat framework)

2⃣ *Innerchild dan Trauma Masa Lalu*

*Kurnia, Surabaya*
*Anis, Jogja*
*Mery, Aceh*

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

1.     Contoh inner child itu seperti apa ya?

2.     Latar belakang keluarga saya dan suami dalam mendidik sangat berbeda. Kami bersepakat akan mencari metode yang mengkombinasi keduanya karena ada beberapa hal yang menurut kami justru membawa tekanan pada saat kami dewasa.

Masalahnya, saya pernah mengalami tekanan sosial dan mental yang buruk saat masih anak dan remaja yang membuat saya trauma. Saya takut hal tersebut berdampak pada saat saya mendidik anak anak kami. Bagaimana solusinya?

3.     Saya merasa kekurangan dan ketidakpercayaan diri saya sebagai orang tua sangat dipengaruhi oleh trauma masa kecil. Saya sulung, suami juga sulung. Kami sama-sama dibebankan dengan gelar anak sulung.

Bagaimana kami dapat mendidik anak anak kami nantinya dengan adil dan bijak tanpa takut mereka terbebani dengan status apakah mereka sulung, tengah, atau bungsu?

*Jawab*

2⃣ Innerchild dan Trauma Masa Lalu

Ayah Bunda yang baik,

1. Innerchild adalah istilah tentang sifat sifat anak anak yang masih ada dan terbawa sampai orang dewasa. Tidak semuanya buruk, namun seringnya memang sikap atau opini yang terbentuk karena diakibatkan traumatis masa lalu. Kasus seperti Cinderella Complex atau Peterpan Syndrome juga dianggap bagian dari sifat kanak kanak yang terbawa sampai dewasa karena tidak tumbuh sebagaimana mestinya.

2. Memang "innerchild" ini umumnya terbawa dalam pola mendidik atau mengasuh anak, tetapi jika menyadari penyebabnya di masa lalu, lalu melihatnya dengan sadar pada saat ini dengan pemahaman jauh lebih baik di masa kini, insyaAllah perlahan akan pudar.

Karenanya itulah perlunya Tazkiyatunnafas setiap saat, agar Allah berikan qoulan sadida, ucapan dan tutur yang berkesan mendalam, idea yang bernas dan menginspirasi hebat, perilaku dan tindakan yg layak diteladani, serta hati yang tenang dan empati tinggi sehingga mampu menangkap jeritan hati dan perasaan anak.

Jadi tak perlu khawatir, sesungguhnya mendidik fitrah ananda, pada ghalibnya adalah mendidik fitrah kita sendiri. 

Raise Your Child, Raise Yourselves

Coba kau tumbuhkan fitrah anak anakmu, kau kan temukan fitrahmu yang layu kembali tumbuh indah mempesona
Coba kau gairahkan anakmu agar cintai Tuhanmu, kau kan temukan fitrah imanmu pada Tuhanmu kembali bersemi
Coba kau petakan sifat unik anakmu dalam gairahnya beraktifitas, kau kan temukan fitrah bakatmu muncul ke permukaan
Coba kau inspirasikan idea hebat hingga anakmu antusias bereksplorasi, kau kan temukan fitrah belajar n nalarmu kembali menyala
Coba kau lekatkan cinta akrabmu pada anakmu dengan tulus, kau kan temukan fitrah keayahan atau fitrah keibuanmu merekah lagi
Coba kau empatikan rasamu pada kebutuhan anakmu lalu imajikan ide hebatmu, kau kan temui fitrah cinta dan mendidikmu eksis kembali
Coba kau bersamai aktifitas fisik anakmu, kau kan temui fitrah jasmanimu bergerak kembali
Coba kau ekspresikan, tuturkan dan narasikan kisah kisah bersastra indah pada anakmu, kau kan temui fitrah bahasamu mengalir indah lagi
Coba kau hidupkan imaji imaji keindahan Allah dan ciptaanNya kepada anakmu, kau kan temui fitrah keindahanmu membiru kembali

Coba dan cobalah terus merawat dan menumbuhkan fitrah anak anakmu, sampai kau temukan fitrahmu kembali kepada kesejatiannya, kau kan sadar karunia anak adalah hal terindah dalam hidupmu✅

3⃣ *Memupuk Rasa Percaya Diri*

*Ani CH, Sidoarjo*
*Anis, Jogja*
*Fitien, Jombang, Jawa Timur*
*Mardiyah, Sidoarjo*
*Prima, Banten*

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.
Banyak orangtua merasa 'tidak siap' untuk mempraktikkan HE, dengan berbagai alasan..
✅Saya tidak bakat mendidik, karena tidak telaten.
✅Saya bingung, harus mulai dari mana, cari kurikulum dimana
✅Saya tidak punya banyak waktu, karena saya bekerja
✅Saya tidak sanggup, karena ayahnya tidak terlibat, saya sendirian pasti repot
✅Saya tidak yakin, apakah menerapkan HE akan menjamin anak saya bisa sukses.

1.     Bagaimana cara mengatasi 'rasa tidak siap' seperti ini, padahal mulai menyadari pentingnya HE?

2.     Terkait tahapan HE tentang proses pembentukan anak di rahim. Apa saja yang perlu disiapkan dan dilakukan selama menanti kelahiran anak oleh orang tua? Karena sebagai orang tua maupun calon orang tua sering sekali saya merasa banyak kekurangan. Takut salah langkah.

3.     Bagaimana agar sebagai orang tua bisa punya rasa percaya diri untuk mendidik anak secara HE? Karena kadang-kadang muncul perasaan tidak PD dan takut salah                       

4.     Saya sebenarnya sepakat sekali dengan konsep HE.. Tapi saya merasa kurang PeDe untuk bisa mengambil peran pendidikan anak2 saya smuanya (setidaknya ada juga banyak hal baik yang saya ambil dari sistem sekolah formal, karena say produk sekolahan juga). Saya bingung memulai HE dari mana?

5.     Untuk kedua anak saya ini yang jaraknya cukup jauh (11 Tahun dan 22 Bulan) saya sangat berharap dapat menerapkan pendidikan yang sesuai dengan yang seharusnya. Terkait ini saya mohon masukan baiknya seperti apa agar saya bisa menjalankan peran untuk kedua anak saya yang perbedaan usianya jauh?

Jazakillah khoiron katsiro 🙏🏽

*Jawab*

3⃣Memupuk Rasa Percaya Diri,

AyahBunda yang baik,

1. "Rasa tidak siap" berangkat dari kesalahpahaman bahwa
a. HE dianggap mengajarkan semua hal, padahal HE fokus pada fitrah dan adab
b. HE dianggap memindahkan sekolah ke rumah dan menyangka menjadi guru, padahal HE belajar bersama anak dan bersama menumbuhkan fitrah
c. HE dianggap pilihan. Sesungguhnya anak bersekolah atau tidak bersekolah, HE adalah kewajiban. Allah telah memberikan anak anak kita fitrah yang cukup hebat untuk menjalani peran kekhalifahannya dan penghambaannya. Allah juga telah mencurahkan banyak hikmah kpd para orangtua asal mau menyambut panggilan Allah untuk mendidik anak anaknya

2. Persiapan mendidik anak tentu dimulai saat mempersiapkan diri untuk menjadi lelaki sejati atau perempuan sejati, kemudian mengikrarkan diri utk menjadi ayah sejati dan ibu sejati dalam sebuah pernikahan. Kemudian dimulai dengan adab adab suami istri yang disunnahkan, sehingga masa kehamilan tiba. Intinya banyaklah mendekat kepada Allah, memenuhi semua kebutuhan nutrisi dan fisik secara alamiah, dan menjaga ketenangan jiwa. Fitrah adalah jalan sukses, mendidik sesuai fitrah adalah cara sukses, dan doa doa ibu adalah kunci sukses.

3. Yakinlah bahwa mendidik anak adalah panggilan Allah, dan ALlah tidak salah pilih ketika mengamanahkan anak kepada kita. Pandanglah anak anak kita sebagai karunia yang tiada terkira yang akan mengantarkan kita kepada pahala pahala besar dan syurgaNya. Yakinlah bahwa Allahlah Murobby anak anak kita, Allahlah Yang Paling Tahu fitrah anak anak kita dan Allahlah yang senantiasa menjaga anak anak kita. Maka sambutlah panggilan Allah utk mendidik anak dengan semangat agar Allah berikan banyak hikmah dalam mendidik. Allah tidak akan memanggil mereka yang mampu, tetapi memampukan mereka yang terpanggil

4. Secara teknis mulailah berkegiatran bersama anak yang paling sederhana atau yang selama ini sering dilakukan. Kini mulailah perlahan membuat catatan catatan untuk mengamati secara empati mendalam setiap aspek fitrahnya. Lalu jadikan hasil pengamatan itu menjadi rancangan kegiatan berikutnya, dan lakukan kembali pengamatan mendalam setiap aspek fitrah utk kegiatan berikutnya. Begitu seterusnya, makin lama makin seru dan makin dalam kita mengenal ananda. Pada saatnya kita akan memahami pola fitrah ananda, dan mampu merancang personal kurikulum sesuai pola fitrahnya

5. Lakukan pemetaan fitrah ananda, baik yang usia 11 tahun dan 22 tahun. Lihatlah fitrah mana yang terlewat ditumbuhkan atau nampak menyimpang. Ajak dialog untuk mencari solusi bagi masalah maupun potensi utk dikembangkan. Anak usia 10 ke atas sudah dapat diajak merancang masa depan melalui potensi potensi yang dimilikinya. Serap juga harapan2nya, kegelisahannya, potensi potensinya, masalah masalahnya dstnya. 
Jika kita rutin melakukan ini, maka kita akan punya perencanaan masa depan ananda, sesuai potensi fitrahnya. Selain itu, seringnya merancang bersama akan membangun kelekatan.
Tentu anak yang usia 22 tahun, punya program berbeda, karena sudah masuk AqilBaligh, jadi lebih didorong untuk menemukan peran peradabannya segera mungkin ✅

4⃣ *Terlambat mengetahui HE*
*Ve, Malang*
*Sri Sundari, Bandung*
*Prima, Banten*
*Yoen, Jogja*
*Sari, Sidoarjo*

Assalamu'alaykum Ustadz,
Saya ingin bertanya beberapa hal Ustadz :

1.     Saya ibu dari 2 anak laki laki umur hampir 14th dan 9th.
Terus terang saya baru mengenal HE, dan saya merasa selama perkembangan dan pertumbuhan mereka betapa banyak fitrah dari anak2 saya yang terabaikan.
Saat ini saya terus berusaha mengejar ketertinggalan dan senantiasa bertaubat atas kesalahan yang saya perbuatan pada anak2.
Saya ingin sekali mengaplikasikan konsep2 HE kepada kedua anak saya, bagaimana dan dari mana saya harus memulainya? Jazakillahu khoir

2.     Saya punya 6 anak yang 2 sudah baligh, sisanya ada 4 ( 2 org sudah kelas 3 & 6 dan 2 lagi usia 7 & 5 th) yg hrs saya didik. Saya merasa terlambat tahu tentang konsep fitrah sehingga ada hal-hal yang nampak belum tercapai di usia mereka..
✔ Jadi apa yang seharusnya saya lakukan untuk mereka agar fitrahnya bisa tumbuh dengan baik?
✔ Rencananya yang usia 7 dan 5 th mau mulai HS namun terkendala soal kedisiplinan karena saya sibuk di ranah domestik belim biasa HS di rumah, meski sudah ada sejumlah ilmu dari matrikulasi dll.. jadi bagaimana langkah awal yang bisa saya lakukan untuk mantap di HS dengan basic HE ini.. matur suwun.. jazakallah khayr..

3.     Saya bunda dari 2 anak (laki-laki 11 tahun dan perempuan 9 bulan).
Saya merasa cara mendidik anak pertama sangat jauh dari yang seharusnya karena kurang sekali ilmu tentang parenting dan saat itu emosi masih labil. Untuk memperbaiki kekurangan dalam mendidik si kakak, apa yang harus saya lakukan? Jazakillah khoiron katsiro 🙏🏽

4.     Bagaimana menanamkan Tauhid bagi Anak Baligh yang terlambat ditanamkan nilai-nilai tersebut karena ilmunya baru ketemu sekarang😊 Maturnuwun 😊

5.     Misal sudah berumur 30an tahun atau lebih dan baru tahu tentang pendidikan berbasis fitrah ini.
✔ Bagaimana caranya menumbuhkan fitrah jika masa emas di semua fase terlewat.?
✔ Lalu siapakah yang bisa menumbuhkan fitrah itu, kita sendiri atau butuh bantuan orang lain?

*Jawab*

4⃣Terlambat Mengetahui HE

AyahBunda yang baik,
1. Mulailah dari memetakan fitrah ananda satu persatu. Bisa lewat ingatan dan kenangan pada ananda selama ini sejak kecil, bisa lewat dialog, bisa lewat mengobservasi aktifitas atau kegiatannya sekarang. Lakukan bersama suami dan hasilnya dituliskan dalam kesimpulan berupa kebutuhan dan potensi serta masalahnya atau dituangkan dalam profile anak.
Dari sana perlahan bunda dan suami beserta ananda sudah bisa mulai merancang kegiatan atau proyek atau program untuk kembali merawat aspek aspek fitrah baik yang terlewat maupun yang perlu dikuatkan dan dikembangkan

2. Lakukan seperti jawaban 1 di atas. Pahami makna setiap aspek fitrah perlahan lahan saja, dan pahami framework HE berbasis FItrah. Ingat bahwa tiap anak unik dan selalu memerlukan cara yang berbeda dengan kakak atau adiknya. Maka tajamkanlah firasat dengan mengembalikan gairah fitrah mendidik kita sebagai orangtua sejak sekarang

3. Kenali ananda sedalam mungkin. Petakan dengan empati, perasaannya, fikirannya, harapannya, potensinya, kegalauannya, jeritan hatinya, frustasinya. Gunakan kacamata anak ketika merancang pendidikannya dalam bentuk proyek maupun kegiatan, lalu gunakan kacamata ibu sejati yang mampu melihat dengan hati

4. Keimanan itu bicara Kecintaan yang mendalam kepada Allah, sehingga melahirkan kepatuhan dan ketaatan. Maka fokuslah membangun keimanannya melalui imaji imaji indah ttg Allah, Rasulullah, Kitabullah dan kebaikan Islam lainnya sebelum langsung kepada operasional syariahnya. Imaji indah ini diperoleh dengan keteladanan yang membekas mendalam dan atmosfir keshalihan yang berkesan. Temukan kegiatan2 tsb, misalnya mengHomeStay kan anak di keluarga shalihah bisa dipertimbangkan

5. Laa tahzan, Islam mengenal Iedul Fitri setiap 1 Syawal, maka ini seolah menjadi simbol bahwa siapapun dapat kembali ke fitrahnya jika "Imanan dan Ihtisaban" dalam pendidikan dirinya. Tentu siapapun kita membutuhkan Murobby (pendamping akhlak) dan Maestro (pendamping fitrah bakat) dalam menjalani kehidupan ✅

5⃣ *Tazkiyatun Nafs*

*Mery, Aceh*
*Idanayu, Surabaya*
*Intan/Ambushafa, Bandung*
*Yoen, Jogja*

1. Terkait tazkiyatun nafs... Karakter keras seorang anak secara tidak langsung adalah warisan dari pola pengasuhan semasa kecil. Nah..bagaimana jika seorang ayah dengan karakter kerasnya yang susah dihilangkan.. masih sangat minim waktu untuk membaca ilmu-ilmu parenting. Takutnya saya jika karakter kerasnya ini di tiru oleh anak-anak.

Jazakumullah...                       
2. Saya tertarik dengan materi tentang tazkiyatun nafs.  Apa yang harus saya lakukan untuk melakukan tazkiyatun nafs ini?

3. Tazkiyatunnafs adalah hal pertama yang harus dilakukan oleh orangtua.

Hal pertama apa yang perlu kita perbaiki dalam pola pendidikan pada anak-anak yang baru kita sadari setelah anak di usia 8 thn dan kita dalam proses tazkiyatun nafs yang kadang naik turun? Nuhun 😊

4. Mau tanya untuk materi Kulwap 1:
✔ Secara teknis penerapan Tazkiyatun Nafs itu seperti apa?
✔ Penerapan Tazkiyatun Nafs ini untuk orangtua saja atau ortu beserta anak?
Maturnuwun 😊

*Jawab*

5⃣Tazkiyatunnafs

AyahBunda yang baik,
Pensucian diri atau tazkiyatunnafs adalah kesadaran bahwa Allah menyukai dan menunjukki serta mensukseskan mereka yang senantiasa membersihkan (tazkiyah) jiwanya (nafs). Allah bersumpah dalam surat AsSyams sebanyak 11 kali kemudian berfirman "Sungguh Sukses Orang yang Mensucikan Jiwanya".

Tiada diantara kita yang suci sempurna, namun Allah mencintai mereka yang senantiasa mensucikan dirinya bukan yang suci sempurna.

Allahlah sejatinya Murobby anak anak kita, karena Allahlah Yang Maha Tahu fitrah anak anak kita, karenanya banyaklah Muroqobah (mendekat) kepada Allah agar diberikan qoulan sadida (tutur  sikap, perasaan, tindakan yg berkesan mendalam, insoiratif, empatik dan layak diteladani) serta hikmah hikmah yang banyak dalam mendidik atau membersamai anak anak kita.

Tazkiyatunnafs ini sekaligus menjadi terapi bagi trauma, rasa sakit, marah, kecewa, frustasi dll masa lalu. Ini upaya memaafkan masa lalu dengan berbaik sangka kpd Allah bahwa semua pristiwa pasti ada maksudnya dan tidak ada yang sia sia. Allah menurut persangkaan hambaKu, jika hambaKu menyangka aku baik maka baiklah kehidupannya, begitupula sebaliknya..

Secara teknis Tazkiyatunnafs adalah 5 M,

M1 Mu'ahadah, berhenti sejenak utk merenung dan mengenang maksud penciptaan, janji janji pernikahan, mensyukuri kembali semua karunia yang Allah berikan lalu berkomitmen menjawab panggilanNya

M2 Muroqobah, banyak mendekat kepada Allah agar diberikan qoulan sadida

M3 Mujahadah, sungguh sungguh menjalani panggilan Allah mendidik anak  dengan kesadaran pwnuh bahwa ini adalah jalan kebaikan yang akan membawa kita kepada keridhaanNya

M4 Muhasabah, mengevaluasi dan merefleksikan semua yang pernah kita lakukan

M5 Muaqobah, memberi sangsi positif atas apa yang buruk yang kita lakukan, misalnya dgn banyak berinfaq baik harta, waktu dan ilmu ✅

6⃣ *Menyelaraskan HE dengan Pasangan*

*Ana, Sidoarjo*
*Hayani, Aceh*
*Mery, Aceh*

Assalamualaikum Ustadz,

1. Saya mau menanyakan, bagaimana jika antara suami dan istri tidak satu visi dalam mendidik anak?

2. Bagaimanakah cara meyakinnkan suami agar lebih peduli terhadap pendidikan anak, jika dalam hal ini suami tergolong cuek menanggapi masalah pendidikan anak?
hanya focus pada pribadi saja.

3. Bagaimana kalo ayah tidak (belum) menjadi teladan dirumah,bagaimana mensiasati keadaan tersebut?

4. Jika dikatakan ibunya harus mencontohkan kebaikan-kebaikan terlebih dahulu.. bagamana jika suami sangat susah diajak ngobrol.. jadinya merasa capek sendiri ustadz..

Jazakumullah...

*Jawab*

6⃣Menyelaraskan HE dengan Pasangan

AyahBunda yang baik,
Sejatinya, sebuah pernikahan adalah peristiwa besar peradaban, karena dari pernikahan itu lahirlah generasi peradaban dengan kelak peran peran besar peradaban, karenanya tentu pahalanya besar dan jalannya tidak mudah.

Idealnya, suami dan istri, punya misi dan visi keluarga dan mendidik yang sejalan sehingga memudahkan mencapai maksud dari pernikahan di atas.

Jika pasangan kita belum bisa diajak kerjasama, maka
1. Doakan yg banyak (bukan mengecam dan komplain yg banyak) agar Allah sadarkan dan lembutkan jiwanya utk dapat menerima panggilanNya
2. Temukan penyebabnya dan bantulah utk keluar dari masalahnya. Orangtua yang tidak selesai dengan dirinya atau membenci dirinya krn ada fitrah yang tdk tumbuh, akan sulit menjawab panggilan Allah utk mendidik anak anaknya. Tidak selesai dengan dirinya ini kasus pee kasus solusinya
3. Kita tdk bisa menunggu pasangan yang belum mau terlibat, maka asik dan seru saja menjalani HE dengan anak anak, semoga pasangan terpikat dengan keseruan kita dan mau terlibat ✅

7⃣  *Manajemen HE untuk Orang Tua yg Bekerja*

*Ita Susanti, Bandar Lampung*
*Rahma, Jogja*
*Santi-Malang*
*Eko Suprihantomo, Pekanbaru*

Assalamualaikum Ustadz Harry,

1. Saya ibu dari 3 org anak (usia 6y, 3y, 10m). Anak-anak saya sedang dalam usia emas dalam belajar dan sangat butuh pendampingan. Saya merasa bersalah karena saya harus bekerja pagi-sore. Tapi saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan saya. Adakah saran supaya saya bisa mendidik mereka dengan baik dengan keterbatasan waktu yang saya miliki?

2. Saya ibu 2 anak, anak saya yang pertama Alya (5 Tahun) yg sekarang sekolah TK A di TKIT anak kedua Tantri (22 bulan), saya tertarik dengan FBE. Pertanyaan saya kaitannya dengan HE, apakah HE itu identik dengan HS. Bagaimana jika orangtua karena keterbatasan waktu dan ilmu belum bisa HS. Terimakasih                       

3. Yang ingin saya tanyakan : apakah efek dari orangtua yang tidak melakukan HE (misal karena keduanya bekerja di luar rumah),  dan lebih mempercayai institusi untuk pendidikan anak-anaknya?

4. Siswa siswi saya anak dhuafa yang orang tuanya banyak single parent dan sibuk cari nafkah. Bagaimana menggunakan aplikasi Home Education untuk kasus ini?

Jazakallaah

*Jawab*

7⃣ Manajemen HE untuk Orangtua yang Bekerja

AyahBunda yang baik,

1. HE bukanlah pilihan tetapi kewajiban. Anak sekolah maupun tidak, maka tidak sedikitpun mengurangi kewajiban HE. HE adalah peran sejati ayah dan bunda sejak zaman Nabi Adam AS
2. Karenanya HE tidak membawa atau memindahkan sekolah ke rumah. HE tidak banyak mengajarkan (too much teaching) tetapi banyak memberikan ruang ekspresi dan inspirasi agar anak gairah utk belajar sepanjang hidupnya. Ingat bahwa kita tidak mungkin mengajarkan semua hal apalagi akademis kepada anak anak kita.
3. Karenanya, HE fokus pada menumbuhkan fitrah dan menanamkan Adab. Obrolan dalam HE bukanlah ttg PR, tugas sekolah dan les yang harus diselesaikan, tetapi ttg bagaimana keseruan menumbuhkan semua aspek fitrah.  Banyak HS memindahkan sekolah ke rumah dan membuat SOP lebih rigid dari sekolah.
4. Bagi AyahBunda yang berkarir dan waktunya sempit, HE tidak membebankan, krn kita tdk banyak mengajarkan, tetapi menyemangati dan menggairahkan anak utk menumbuhkan keimanan, belajar dan bernalar, bakat, kelekatan dstnya.
5. Kita tak perlu pusing dengan standar kurikulum, krn kita tdk menggunakannya, tetapi fokus pada observasi semua aspek fitrah pertumbuhan anak dengan kegiatan alami sesuai tahapa perkembangan fitrahhnya ✅

8⃣ *Membersamai*

*Tia, Kepulauan Meranti, Riau*
*Ayah Amari, Surabaya*

Assalamu’alaikum.. Ustadz saya mau bertanya untuk bahan kulwap hari ini :

Secara fitrah anak itu kan bermain, belajar dan bersama orang tuanya sejak 0-7 tahun..

Anak saya usia 3 tahun, rencana saya tidak mau masukkan sekolah Paud atau TK.. Langsung saja nanti kalau sudah usia tujuh tahun sekolahnya..
Paud menurut saya pendidikan yang terlalu dini menjauhkan anak dari orang tuanya..
Bahkan saya lihat anak akan lebih banyak mendengar guru paudnya daripada ibu atau ayahnya sendiri.. Padahal kan harusnya aybundnya yang lebih banyak mewarnai..

Menurut saya dengan Paud atau TK anak justru tambah jauh dengan orang tuanya.. Dia akan dekat dengan siapa dia sering berjumpa.. Maka usia ini tidak boleh jauh dari orang tuanya..

1. Apakah tindakan kami sebagai orang tua tidak menyekolahkan ke Paud itu benar?
2. Bagaimanakah agar bisa bersabar, membersamai anak?

Demikian Ustadz. Terima Kasih..

*Jawab*

8⃣Membersamai

Bunda Tia yang baik,

Saya termasuk yang tidak menganjurkan anak dimasukkan ke PAUD, dengan alasan alasan yang seperti bunda kemukakan. Bahkan ada riset yang dibukukan  dengan judul "better late thab early".

Usia 0-6 tahun ananda belum terlalu memerlukan sosial di luar rumah, sosialisasi terbaik dalah dengan ayah dan ibunya utk menguatkan fitrah keimanan (pengenalan Allah melalui kecintaan dan imaji positif), fitrah seksualitas (attachment yg kuat serta identitas gender), fitrah bakat (pengamatan sifat unik) dstnya.

Agar kita shabar, maka banyaklah bersyukur kpd semua karunia fitrah ananda dan amanah mendidiknya. Ubah cara pandang bahwa anak kita beban, yakinlah bahwa ananda adalah karunia terindah di rumah kita ✅

9⃣  *Membangkitkan Fitrah Keimanan Anak*

*Angga, Surabaya*
*Bunda lis, Malang*

Assalamualaikum.
Saat di zaman Rasul, banyak sahabat yang tadinya sangat membenci Rasul karena lebih mengimani ajaran leluhurnya, namun bisa dengan sekejap berpaling ke Islam, tiba-tiba jatuh cinta dengan Islam dan Rasulullah, bahkan rela meninggalkan keluarga atau orangtuanya. Umar bin Khattab misalnya, dididik keras & kasar dari kecil, menyembah pagan dari kecil, berperangai kasar, pemabuk yang sangat dekat dengan khamr, orangtuanya pun saya yakin bukanlah orangtua yang santun dan perduli terhadap pendidikan anaknya, namun bisa mengimani Islam dan membantu Rasul memerangi kaum jahiliyah sesaat ketika membaca surat Taha.

Selain karena hidayah dari Allah yang membuat mereka bersikap begitu,
1. Apa lagi yang kira-kira bisa kami lakukan sebagai orangtua agar suatu hari memiliki anak yang mampu lebih cinta pada Allah dan rasulNya dibanding cinta pada yg lainnya, bahkan mungkin dibanding cinta kepada kami orangtuanya?

2. Mohon penjelasannya yang dimaksud dengan imaji-imaji positif itu apa?

3. Mohon diberi contoh cara membangkitkan imaji positif anak umur 3 sampai 6 tahun.

4. Bagaimana cara membangkitkan fitrah keimanan anak umur 3 sampai 6 tahun.

Terima kasih

*Jawab*

9⃣Membangkitkan Fitrah Keimanan,

AyahBunda yang baik,

Fitrah keimanan sudah diinstal sejak di alam rahim (QS 7:172) , berupa Syahadah Rubbubiyatullah atau persaksian Allahlah Robb (Pencipta, Pemberi Rizqi dan Pemilik atau Pemelihara).

Fitrah keimanan ini Golden Age nya ada di usia 0-6 tahun. Inilah masa emas jika ingin mendidik Aqidah, jika ingin anak mencintai Allah lebih dari segalanya. Ketahuilah bahwa rasa cinta melampaui dan mengalahkan rasa sayang dan rasa takut.

Karenanya mendidik Fitrah Keimanan tahap 0-6 tahun adalah dengan membangun kecintaan dan keridhaan kepada Allah, kpd Rasulullah SAW, kpd Islam dan kebaikan2nya.

Membangun kecintaan dan keridhaan ini tentu saja juga harus dengan hal hal yang penuh kecintaan dan keindahan, inilah yg disebut imaji imaji positif yg berkesan mendalam dan menguatkan Tauhid Rubbubiyatullah yang sudah diinstal sebelumnya.

Karenanya, anak belum diperintah Adab, termasuk Sholat (adab kpd Allah) di usia ini, karena Allah baru memerintahkan orangtua menyuruh Sholat anaknya dj usia 7 tahun bukan sejak dini.

Di usia 0-6 tahun, fitrah ananda sedang tumbuh indah2nya  maka  adabpun harus disampaikan dalam bentuk yang menyenangkan dan berkesan indah. Pada tahap ini  sholat dikenalkan dan dididik bukan dengan tertib waktu, tertib gerakan dan tertib bacaan, tetapi gairah kecintaan anak utk menyambut panggilan sholat kpd Allah dan kesan bahwa sholat itu indah.

Karenanya juga, beberapa Ulama menganjurkan tidak menceritakan dulu ttg Dajjal, perang akhir zaman, neraka dstnya pd anak usia 0-6 tahun.

Imaji2 positif ini bisa dengan kisah kisah keteladanan dan pralteknya, suasana keshalihan dstnya ✅

🔟  *Mengelola Emosi Anak tanpa Menciderai Fitrahnya*

*Frida, Trenggalek*
*Ivana, Medan*
*Sri Mulyani, Cilacap*

Assalamu’alaikum,

1. Waktu pertama punya anak saya masih minim ilmu mendidik anak. Anak saya termasuk anak yang aktif dan rasa ingin tau dan kemauannya tinggi. Karena saya minim ilmu, saya sering memaksa ketika dia tidak mau. Sekarang sudah usia 4 th 9 bln, dia jadi penakut (takut hujan kalo ada angin, gampang takut terhadap sesuatu). Apa yang harus saya benahi agar anak saya tidak jadi penakut dan kembali ke fitrah yang sudah terinstal sejak lahir? Terimakasih

2. Anak saya laki-laki usia 3 thn, saya kebingungan menyikapi saat dia sulit berhenti ketika melakukan hal-hal yang salah menurut saya, seperti membanting-banting saat marah, angkat-angkat adik dengan posisi salah, kalau adik sedang pegang mainan dirampas, kalau merasa terganggu adik langsung cepat pukul, mohon pencerahannya Ustadz

3. Bagaimana cara mendidik anak yang masih mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dan lingkungan rumah / tetangga (teman-teman) padahal dari rumah sudah dididik / diajarkan...

Terima kasih.

*Jawab*

🔟Mengelola Emosi Anak tanpa Menciderai Fitrahnya

Ayah Bunda yang baik,

1. Kita sering sekali membenturkan sifat unik anak atau perilakunya dengan Adab atau Akhlak atau etika atau disiplin, sehingga anak cidera fitrahnya dan bahkan membenci Adab atau dirinya, jika tidak dikembalikan fitrahnya maka akan terbawa sampai dewasa.

Mengembalikannya adalah membangun ego nya kembali, agar percaya dirinya tumbuh. Misalnya banyak bermain dengan ayah, memberi label namanya pd barang2 miliknya, memberi kesempatan memilih walau salah, membacakan kisah kisah kepahlawanan yang inspiratif dll

2. Ingat bahwa kenakalan atau perilaku anak yg kita anggap buruk adalah potensi yang belum nampak buahnya atau jeritan hati yang belum ketemu jalan keluarnya. Maka temukanlah mendalam 2 hal di atas agar kita bisa menemukan solusinya

3. Terpapar sedikit (jangan banyak) kenakalan di luar rumah adalah bagian dari imunisasi. Sepanjang kedekatan kita sangat baik dengan ananda, maka ananda akan lebih mendengar kita. Setiap terpapar, justru jadi kesempatan menjelaskan yang benarnya. Karenanya biarkan anak menjadi dirinya apa adanya di depan kita.
Bermain bersama ayah, dalam banyak literatur akan memberi supplay ketegasan dan membentuk kepercayaan diri yang kuat dan tidak mudah ikut ikutan ✅

1⃣1⃣ *HE untuk ABK*

*Bunda Dayah, Banda Aceh*
*Bu Hani, Jogja*

Assalamu'alaikum
Anak sy 3. Umur 8, umur 6, dan baby 6 bln
Anak sy yg umur 6 th, cowok, didiagnosa autis
Haturnuhun kesempatannya, Sy mau tanya penerapan fbe pada anak autis.

1. Bagaimana memulai HE pada anak yang berkebutuhan khusus?
2. Saat ini anak sy blm bisa mengikuti sholat. Tapi mau melihat. Khususnya utk sholat ini bagaimana cara mengajarkannya. Apakah sama dimulai saat usia 7 th?                       

Terima kasih.
😊

*Jawab*

1⃣1⃣HE untuk anak ABK

AyahBunda yang baik,

1. Memulai HE utk anak ABK maupun tidak adalah sama, yaitu diawali dengan keyakinan bahwa tidak mungkin Allah ciptakan manusia tanpa peran istimewa di masa depan. Dalam banyak kasus Anak ABK sukses di masa depan dengan peran spesifiknya jika ayah bundanya memiliki keyakinan yang kuat bahwa semua anak dengan fitrahnya pasti punya peran terbaik.

2. Ingat sholat pada anak usia di bawah 7 tahun belum diperintah, tetapi diimajikan keren dan indah. Ini termasuk utk anak berkebutuhan khusus. Jadi bukan tertib waktu  bacaan dan gerakan  tetapi semangat bahwa sholat itu keren dan indah ✅

__S E L E S A I___

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kulwap Parenting "Mengobati Innerchild Yang Terluka"

"Me Vs Mom"

Resume Tambahan Kelas BunSay