Materi #2 MELATIH KEMANDIRIAN ANAK
*Institut Ibu Profesional*
_Materi Bunda Sayang Sesi #2_
*MELATIH KEMANDIRIAN ANAK*
_Mengapa melatih kemandirian anak itu penting?_
Kemandirian anak erat kaitannya dengan rasa percaya diri. Sehingga apabila kita ingin meningktkan rasa percaya diri anak, mulailah dari meningkatkan kemandirian dirinya.
Kemandirian erat kaitannya dengan jiwa merdeka. Karena anak yang mandiri tidak akan pernah bergantung pada orang lain. Jiwa seperti inilah yang kebanyakan dimiliki oleh para enterpreneur, sehingga untuk melatih enterpreneur sejak dini bukan dengan melatih proses jual belinya terlebih dahulu, melainkan melatih kemandiriannya.
Kemandirian membuat anak-anak lebih cepat selesai dengan dirinya, sehingga ia bisa berbuat banyak untuk orang lain.
_Kapan kemandirian mulai dilatihkan ke anak-anak?_
Sejak mereka sudah tidak masuk kategori bayi lagi, baik secara usia maupun secara mental. Secara usia seseorang dikatakan bayi apabila berusia 0-12 bulan, secara mental bisa jadi pola asuh kita membiarkan anak-anak untuk selalu dianggap bayi meski usianya sudah lebih dari 12 bulan.
Bayi usia 0-12 bulan kehidupannya masih sangat tergantung pada orang lain. Sehingga apabila kita madih selalu menolong anak-anak di usia 1 th ke atas, artinya anak-anak tersebut secara usia sudah tidak bayi lagi, tetapi secara mental kita mengkerdilkannya agar tetap menjadi bayi terus.
_Apa saja tolok ukur kemandirian anak-anak?_
☘Usia 1-3 tahun
Di tahap ini anak-anak berlatih mengontrol dirinya sendiri. Maka sudah saatnya kita melatih anak-anak untuk bisa setahap demi setahap meenyelesaikan urusan untuk dirinya sendiri.
Contoh :
✅Toilet Training
✅Makan sendiri
✅Berbicara jika memerlukan sesuatu
🔑Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak-anak di usia 1-3 th adalah sbb :
👨👩👦👦 Membersamai anak-anak dalam proses latihan kemandirian, tidak membiarkannya berlatih sendiri.
👨👩👦👦 Mau repot di 6 bulan pertama. Bersabar, karena biasanya 6 bulan pertama ini orangtua mengalami tantangan yang luar biasa.
👨👩👦👦Komitmen dan konsisten dengan aturan
Contoh:
Aturan berbicara :
Di rumah ini hanya yang berbicara baik-baik yang akan sukses mendapatkan apa yang diinginkannya.
Maka jangan pernah loloskan keinginan anak apabila mereka minta sesuatu dengan menangis dan teriak-teriak.
Aturan bermain:
Di rumah ini boleh bermain apa saja, dengan syarat kembalikan mainan yang sudaj tidak dipakai, baru ambil mainan yang lain.
Maka tempatkanlah mainan-mainan dalam tempat yang mudah di ambil anak, klasifikasikan sesuai kelompoknya. Kemudian ajarilah anak-anak, ambil mainan di tempat A, mainkan, kembalikan ke tempatnya, baru ambil mainan di tempat B. Latih terus menerus dan bermainlah bersama anak-anak, jadilah anak-anak yang menjalankan aturan tersebut, jangan berperan menjadi orangtua. Karena anak-anak akan lebih mudah mencontoh temannya. Andalah teman terbaik pertama untuknya.
☘Anak usia 3-5 th
Anak-anak di usia ini sedang menunjukkan inisiatif besar untuk melakukan kegiatan berdasarkan keinginannya
Contoh :
✅ Anak-anak lebih suka mencontoh perilaku orang dewasa.
✅Ingin melakukan semua kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya
🔑Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia 3-5 th adalah sbb :
👨👩👦👦Hargai keinginan anak-anak
👨👩👦👦Jangan buru-buru memberikan pertolongan
👨👩👦👦 Terima ketidaksempurnaan
👨👩👦👦 Hargai proses, jangan permasalahkan hasil
👨👩👦👦 Berbagi peran bersama anak
👨👩👦👦 Lakukan dengan proses bermain bersama anak
Contoh :
✅Apabila kita setrika baju besar, berikanlah baju kecil-kecil ke anak.
✅Apabila anda memasak, ajarkanlah ke anak-anak masakan sederhana, sehingga ia sdh bisa menyediakan sarapan untuk dirinya sendiri secara bertahap.
✅Berikanlah peran dalam menyelesaikan kegiatannya, misal manager toilet, jendral sampah dll. Dan jangan pernah ditarget apapun, dan jangan diberikan sebagai tugas dari orangtus.Mereka senang mengerjakan pekerjaannya saja itu sudah sesuatu yang luar biasa.
☘Anak-anak usia sekolah
Apabila dari usia 1 tahun kita sudah menstimulus kemandirian anak, mka saat anak-anak memasuki usia sekolah, dia akan menjadi pembelajar mandiri. Sudah muncul internal motivation dari dalam dirinya tentang apa saja yang dia perlukan untuk dipelajari dalam kehidupan ini.
⛔Kesalahan fatal orangtua di usia ini adalah terlalu fokus di tugas-tugas sekolah anak, seperti PR sekolah,les pelajaran dll. Sehingga kemandirian anak justru kadang mengalami penurunan dibandingkan usia sebelumnya.
🔑Kunci orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia sekolah
👨👩👦👦Jangan mudah iba dengan beban sekolah anak-anak sehingga semua tugas kemandirian justru dikerjakan oleh orangtuanya
👨👩👦👦Ijinkan anak menentukan tujuannya sendiri
👨👩👦👦Percayakan manajemen waktu yang sudah dibuat oleh anak-anak.
👨👩👦👦Kenalkan kesepakatan, konsekuensi dan resiko
Contoh :
✅Perbanyak membuat permainan yang dibuatnya sendiri ( DIY = Do It Yourself)
✅Dibuatkan kamar sendiri, karena anak-anak yang mahir mengelola kamar tidurnya, akan menjadi pijakan awal kesuksesan ia dalam mengelola rumahnya kelak ketika dewasa.
☘Ketrampilan-ketrampilan dasar yang harus dilatihakan untuk anak-anak usia sekolah ini adalah sbb:
1⃣Menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya
2⃣Ketrampilan Literasi
3⃣Mengurus diri sendiri
4⃣Berkomunikasi
5⃣Melayani
6⃣Menghasilkan makanan
7⃣Perjalanan Mandiri
8⃣Memakai teknologi
9⃣Transaksi keuangan
🔟Berkarya
☘3Hal yang diperlukan secara mutlak di orangtua dalam melatih kemandirian anak adalah :
1⃣Konsistensi
2⃣Motivasi
3⃣Teladan
Silakan tengok diri kita sendiri, apakah saat ini kita termasuk orangtua yang mandiri?
☘Dukungan-dukungan untuk melatih kemandirian anak
1⃣Rumah harus didesain untuk anak-anak
2⃣Membuat aturan bersama anak-anak
3⃣Konsisten dalam melakukan aturan
4⃣Kenalkan resiko pada anak
5⃣Berikan tanggung jawab sesuai usia anak
_Ingat, kita tidak akan selamanya bersama anak-anak.Maka melatih kemandirian itu adalah sebuah pilihan hidup bagi keluarga kita_
Salam,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
_Sumber bacaan_:
_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang, antologi, gaza media, 2014_
_Septi Peni, Mendidik anak mandiri, pengalaman pribadi, wawancara_
_Aar Sumardiono, Ketrampilan dasar dalam mendidikan anak sukses dan bahagia, rumah inspirasi_
Resume Kulwap Institut Ibu Profesional Kelas Bunda Sayang BCCG:
Tanggal : 20 Februari 2017
Materi : Melatih Kemandirian Anak
Fasilitator : Bunda Azizah & Bunda Wening
Moderator & Notulen : Nur Azizah
➰➰➰➰➰➰➰➰➰
1⃣ Bu Yuyun_Banten
Saya sudah membuat aturan untuk mengerjakan tugas rumah saat libur sekolah sabtu ahad, kepada dua putri saya.yg ke 1 usia:9,5 tahun, yang ke dua 7,3th.
Tugasnya seperti ini:
1.Merapihkan kamar tidur, dan menyapu ruang tengah dan ruang tamu
2.mengajak main atau mengawasi adiknya yg usia 1,9 tahun. Karena pagi itu umi memasak.maka ade harus ada yg jagain
Di hari sabtu itu mereka milih mau yg mana duluan.no 1 dl atau dua dl.besoknya bergaintian.
Lalu saya tambahkan aturan begini: jika ade sedang menyusu atau menangis lalu minta di temanin umi.yg jagain ade harus membantu kepada yg tugas beresin kamar dan ruang tengah dan tamu.
Apakah saya buat aturan itu baik apa tidak.?
Bagaimana mengatasi anak anak yg suka iri ketika melakukan tugasnya...misal dpt beresin kamar tidur berantakan bukan bekas aku...saya sdh menjelaskan klo beberes kamar bekas bersua sesuai jadwal tdk boleh protes atau mengeluh..
Bagaimana sikap saya sebaiknya menghadapinya?
Jika masing masing anak suka dengan tugas tertentu aja ga papa kita turutin.misal sukanya nyapu ga mau cuci piring. Dsb.
Jawab:
Wah bunda Yuyun bagus sekali sudah membuatkan jadwal tuk Ananda. Memang baiknya tugas2 yang kita buat tuk anak2 , sebelumnya kita diskusikan ke mereka. Apa saja tugas2 yang bunda perlu bantuan Ananda, buat list dan biarkan mereka memilih. Agar mudah saya beri poin2 tahapannya yaa berdasarkan pengalaman saya.
1. Buat list pekerjaan rumah apa saja yang perlu Ananda kerjakan. Untuk membantu bunda
2. Buat jadwal dari tugas tersebut, berapa kali dalam sepekan harus dikerjakan
3. Buat forum keluarga tuk membahas siapa penanggung jawab tugas2 tadi. Berikan mereka jabatan sesuai tugasnya agar mereka merasa benar2 dibutuhkan. Misal tugas menyapu dan mengepel diberi jabatan manager of clear n clean, menjaga adik manager of safe n care dsb.
4. Beri reward atas tugas yg telah mereka kerjakan. Beri iqob atau punishment atas tugas yang dilalaikan atau diabaikan, mis. Menyisihkan uang saku ke celengan shodaqoh/celengan qurban (ini ala keluarga saya), bukan memotong uang saku mereka sekehendak kita.
Mengenai "aku tidak mau merapikan apa yang tidak aku lakukan" bunda bisa menjelaskan hal spt ini. (Komprod)
Bunda: Baju kalian yang pakai siapa?
Anak2: bunda
Bunda: yang mencuci kalian apa bunda?
Anak2: bunda
Bunda: kalau kalian lapar, yang masak kalian sendiri apa bunda?
Anak2: bunda
Bunda: naaah...artinya apa ayo?
Mengerjakan sesuatu bukan karena untuk diri sendiri saja tapi melakukannya demi orang lain yang kita sayangi✅
2⃣ Yuni-Serang
Bunda, gimana cara mengatasi anak "aleman". Dia sudah mandiri sebenarnya tapi masih minta dilayani. Bisa dibilang males gerak.
Jawab:
Teh Yuni yang sabar menghadapi anak.. Kalau boleh bertanya;
- Umur berapakah anaknya?
- Apakah teteh sudah konsisten mendampingi anak dalam usaha kemandiriannya?
kunci anak usia 1-3 tahun dalam melatih kemandirian adalah membersamai mereka dalam berproses, bukan menggegasnya atau membuatnya tergesa-gesa.
Saya telah membuktikan kata-kata bu Septi bahwa kerepotan kita dalam mendampingi anak-anak membentuk habbit kemandirian paling tidak hanya 6 bulan. Artinya kerepotan kita hanya 6 bulan bila kita konsisten dan lingkungan mendukung dalam proses memandirikan anak-anak.
Contoh yang saya lakukan adalah memasak bersama anak. Saya bermain peran dan saya jadikan anak pertama saya sebagai chef. Saya tanyakan mau makan apa hari ini dan kami memasak makanan kami setiap hari. Suami melihat irisan sayuran yang tak beraturan sudah terbiasa. Hehe.
Setelah memasak, kami memakan makanan kami bersama di meja makan.
Bila adik membuang-buang makanannya saya memancingnya untuk membereskannya bersama-sama (mendudukkan pada posisi makanan berserakan dan mengajak adik untuk membersihkannya).
Mantra ajaib yang bu Septi lakukan ke anak-anaknya adalah:
"Kalau makan masih disuapin, ibu meninggal, kamu ikut meninggal"
Kalimat tersebut diberikan pada bu Septi saat anak-anak ibu usia 1-3 th, sampai hari ini masih melekat di benak anak-anak bu Septi.✅
3⃣ Lala_banten
Bagaimana mensiasati kondisi deadline (terlambat ke sekolah atau buru-buru mau pergi) namun kemandirian anak tetap terjaga. Kadang kita sebagai orangtua kalau sedang buru-buru begitu jadi mengambil alih tugas yang seharusnya dikerjakan anak.
Terima kasih
Jawab:
Kembali ke praktek komunikasi produktif ya teh :)
Misal, kondisi hari senin yang hectic. Minggu sore/malam ingatkan pada anak kalau besok sekolah. Kita tanyakan malamnya dengan nada terbaik "apakah persiapan sekolah besok sudah oke?"
Paginya, kenalkan kondisi yang akan dihadapi anak (apalagi kalau anaknya belum paham jam)
Misal, "kakak 30 menit lagi/di jarum panjang angka 6 kakak harus pergi sekolah agar tidak terlambat, kalau kakak mau berangkat bersama papa berarti harus mandi sekarang"
"10 menit menit lagi kakak berangkat, silahkan selesaikan makannya"
"nggak mau", jawab anak (dengan muka malas-malasan)
"oke nggak papa, artinya kakak tidak berangkat sekolah bersama papa, karena waktunya tidak cukup kalau tidak mulai makan dari sekarang (interaktif. Mengajak anak berfikir)
Bedakan dengan nada dan intonasi
"Ayo 5 menit lagi, awas ya kalau nggak selesai makan ditinggal papa" (mengancam) ;)✅
4⃣ Stephanie_ Cirebon
Assalamualaikum,saya stephanie..mw bertanya ttg materi td bun..bgmn cara mengajarkan anak usia 5y untuk mulai menjalankan solat, sementara bacaan solatnya blm terlalu hafal? Stephani.
Jawab:
Rasulullah SAW bersabda: Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan sholat ketika mereka berusia 7tahun, dan pukullah mereka bila pada usia 10tahun tidak mengerjakan sholat. Serta pisahkan mereka di tempat tidurnya.. (HR. Abu Dawud)
Mengacu pada hadist di atas, Rasulullah menganjurkan untuk mengajarkan sholat pada usia 7tahun, bukan sedini mungkin..
Mengapa demikian?
Karena sholat adalah serangkaian gerakan baku yang terdiri dari rukun dan syarat sah yang harus dipenuhi.
Menurut pendidikan berbasis fitrah Usia anak bunda dibawah 7 tahun adalah masa pra latih. Yang perlu kita lakukan pada anak dibawah 7th adalah, menanamkan kecintaan pada Allah dan RasulNya lewat motivasi dan keteladanan.
Keteladanan yang dimaksud diantaranya kita sebagai orang tua mencontohkan untuk gembira dan bergegas untuk sholat ketika waktu sholat tiba. Gembira saat ramadhan tiba, bukan saat lebaran tiba. Sehingga pada masanya diatas 7tahun nanti tercipta kesadaran beribadah (internal motivation) dari dalam dirinya sendiri yang didasari atas kecintaan pada Allah dan rasulNya.✅
5⃣Siti Mutoharoh-Serang
Saat melatih kemandirian anak, pasti ada saja penolakan dari anak, entah itu tiba-tiba merengek dan anak tetap keukeuh tidak mau mencoba melakukan berbagai hal kemandirian, misalnya saat makan, anak sulung saya selalu keukeuh bilang "Aa ga mau makan kalau ga disuapin bunda" kadang pernah saya tega untuk benar2 ga bergerak menyiapkan makanan untuknya, saya hanya mengingatkan "Aa ini sud waktunya makan, yuk bunda temani ambil piring, nasi dan lauk responnya datar bahkan kadang diam tanpa mau bergerak menghampiri saya, sikap k tepat kah? Atau ada hal lain yang harus di ubah
Jazaakillah BunFasil 🙏
Jawab:
Teh Muth, anaknya umur berapakah? Apakah anaknya sudah mengerti konsekuensi?
Bila anak diatas 3th mungkin bisa diterapkan kata-kata ini.. Hal ini untuk mengajarkan anak tentang kewajiban, hak, dan konsekuensi dari setiap keputusan
"Oke itu masalahmu, bukan masalah mama. Tugas mama hanya mengingatkan saja, selebihnya tanggung jawab kakak"
Yang perlu kita lakukan adalah membuat kesepakatan dengan suami dan semua orang yang ada di rumah,demi kekompakan kita di depan anak-anak (agar anak tidak mencari suaka politik/pembelaan).✅
Jazaakillah penjelasannya teh wening, Alhamdulillah Anak sulung saya usia 4th 4 bln teh.
Hwah seumuran dong teh sama anak sulung saya.
Saya pernah curhat sama bu Septi tentang anak sulung saya. Ibu bilang, anak 4th emang challenging. Dikerasin g bisa, krn memori sudah kuat. Kekerasan bisa membuat anak trauma.
Yang bisa memenangkan kita adalah, bonding dan kekuatan negosiasi. Jadi, seringkali saya muter2 melogika kan sesuatu😁
6⃣ Tyas - Serang
Apa yg kita lakukan dalam membersamai anak utk melatih kemandiriannya?
Jawab:
Peran orang tua diantaranya membersamai anak-anak dalam proses latihan kemandirian, tidak membiarkannya berlatih sendiri. Serta menstimulasi tapi tidak menggegas. Membersamai dan meminimalkan emosi negatif dalam proses yang pasti penuh tambal sulam dan jatuh bangun (tidak mudah tapi pasti bisa😊)
Mengacu pada materi diatas. 3 Hal yang diperlukan secara mutlak di orangtua dalam melatih kemandirian anak adalah :
1⃣Konsistensi
2⃣Motivasi
3⃣Teladan
Dan tambahan dari saya yang ke 4 adalah:
Dukungan orang sekitar (yang tinggal satu rumah dengan kita -orangtua/art-) dalam menstimulasi kemandirian anak, dan kompak tidak membantu anak kecuali anak meminta tolong dengan cara yang baik.✅
7⃣ Safadella_cianjur
Anak saya, 4 tahun, sangat lengket dengan saya, hingga jika menginginkan sesuatu harus saya yang penuhi, misal buat susu, ke kamar mandi, termasuk makan.. istilahnya apa2 harus sama mama, gak mau kalau dibantu kakek/neneknya, walaupun sesekali mau dibantu kakaknya. Adapun dalam hal makan, awal2 mau suap sendiri tapi kelamaan minta disuapin. BB nya tergolong kecil dan termasuk anak yang susah makan sehingga pd akhirnya saya pun menyuapinya 😅 Kami memang baru 1 thn terakhir ini tinggal bersama kakek neneknya, sebelumnya mengikuti tugas suami di pelosok. Suami plg 1x/mg, sehingga mungkin itu yang membuat ketergantungannya terhadap saya begitu tinggi..ini analisa saya sendiri. Pertanyaannya, untuk kasus diatas, bagaimana ya mnerapkan kemandirian pada anak saya tersebut? Haturnuhun
Jawab:
Bunda Safa yang penyayang, sy juga pernah mengalami hal ini. Kadang gregetan yaa...kalau apa-apa maunya cuma sama bundanya gak pernah mau dengan yang lain 😅. Ini ada sedikit tips dari saya.
1. Rutin membacakan cerita pengantar tidur Tentang kemandirian, Insyaallah buku2 spt itu banyak ditemukan di toko buku( mis. Aku bisa mandi sendiri, aku bisa makan sendiri). Film2nya juga ada lho Bun. Nah ini mengena sekali ke anak. Mereka biasanya akan tertantang untuk mandiri spt tokoh yg diceritakan.
2. Mengajak Ananda dalam berbagai kegiatan di rumah, seperti merapikan mainan, membersihkan sayuran, menemani bunda mencuci pakaian dsb. Hal ini dilakukan agar Ananda paham apa saja aktivitas bunda di rumah, sehingga dia paham pekerjaan bunda di rumah banyak tidak cuma mengurusi Ananda.
3. Mulai meminta Ananda menolong bunda dlm berbagai hal sederhana. Mis. Menolong bunda mengambilkan air minum, mengambilkan sendal/brg tertentu. Alih2 selama ini Ananda sudah sering meminta tolong ke bunda, sekarang bunda gantian ya minta tolong ke Ananda. Lihat responnya !
4. Terkait no. 3, bila Ananda bisa membantu bunda, berilah pujian. "Subhanallah ternyata anak bunda bisa lho ambil air minum sendiri, hebat sekali yaa!" Jangan lupa ucapkan terimakasih, peluk dan cium sebagai reward
5. Tahap berikutnya buatlah kalender bintang. Ini adalah jurnal reward Ananda bila bisa menjalankan kemandiriannya. Buat list kemandirian apa saja yg ingin dicapai, sampaikan pada Ananda. Beritahu dia kalau berhasil berhak mendapatkan stiker bintang yg kalau banyak jumlahnya (beri target jumlahnya) bisa ditukar dengan hadiah tertentu (kesepakatan)
Silakan dicoba ya bunda!😘✅
8⃣ Neneng _ Banten
untuk melatih kemandirian anak, maka kita dituntut untuk menjadi Ibu yang TEGA, jika si anak menginginkan sesuatu lalu tantrum yang ngamuk2 meski sdh dialihkan lalu kita membiarkan dia tantrum, apa itu sudah benar? bagaimana tips agar membuat anak konsisten melakukan kemandirian yang terkadang mau kadang ga mau sampe nangis misal ambil minum sendiri, padahal rumah sudah d desain untuk ramah anak.
Jawab:
Bunda Neneng yang baik hati, sepertinya langkah bunda sudah tepat dengan membiarkan anak tantrum. Spt materi di komprod lalu sudah dijelaskan ya. Ketika emosi hadir maka sebenarnya tidak ada komunikasi di situ, jd biarkan saja Ananda sampai tenang dengan sendirinya. Menjadi ibu tega (baca: tegas) memang diperlukan dalam mendidik kemandirian anak. Tips2nya silakan dilihat di jawaban sebelumnya ya Bun ..selamat mencoba 😘✅
9⃣ Ndah-IIP Cirebon
Assalamu'alaykum wrwb. Bunda, perkenankan saya bertanya. Mohon maaf sebelumnya saya sedikit menceritakan latar belakang problema yang saya hadapi yang ingin saya cari solusinya terkait materi kemandirian anak ini. Tahun 2012, tiga bulan pasca melahirkan putri keempat, saya diberi ujian sakit serius dan harus dirawat lebih dari 5x di RS, bed rest hampir 9 bulan, menjalani rutin pengobatan medis selama lebih dari 2 tahun, dan menjalani pengobatan alternatif dan pengobatan herbal untuk tahap recovery pasca sakit sampai sekarang. Kondisi ini menyebabkan saya, suami dan keempat putra&putri saya pernah mengalami hidup terpisah-pisah. Suami di Bogor, putra pertama di Bekasi, putra kedua di Bekasi kemudian di Bogor, putri ketiga di Bekasi kemudian di Solo, bayi (putri keempat) di Majalengka. Saya sendiri dirawat di Majalengka. Keterpisahan ini menyebabkan luka dan trauma mendalam kepada keempat putra-putri saya, khususnya putra kedua. Yang ingin saya tanyakan:
1) Bagaimana cara efektif membangun kemandirian putra kedua (sekarang usia 11 tahun) yang mengalami trauma psikis (salah satu faktor penyebab traumanya adalah saat usia menjelang 5 tahun hidup terpisah hampir dua tahun dengan saya, juga berbagai faktor lainnya yang membuatnya cemas dan trauma hingga kini). Setelah sekarang alhamdulillah kami bisa hidup bersama kembali di Majalengka, putra kedua yang sejak usia 1 tahun sampai 5 tahun sangat mandiri, hilang semua kemandiriannya. Semua aktivitas dan kebutuhannya sangat bergantung kepada saya sebagai bundanya. Terkait kemandiriannya ini, saya mencoba selalu memotivasinya agar mampu melaksanakan kebutuhannya sendiri, seperti mengambil makan/minumnya sendiri, mengambil pakaiannya sendiri setelah mandi, dll. Namun upaya saya belum berhasil. Kalau saya tidak mengambilkannya makan saat ia memintanya, dan saya memotivasinya agar ia mampu mengambil makan sendiri, misalnya, seharian akhirnya ia bisa tidak makan.
2) Putri ketiga (sekarang usia 7 tahun, terpisah saya hampir setahun) dan putri keempat (sekarang usia 5 tahun, terpisah saya hampir dua tahun) saat saya sakit. Setelah sekarang kami bisa hidup bersama kembali, selalu terjadi perseteruan akibat sibling rivalry di antara keduanya. Keduanya berebut perhatian dan kasih sayang saya sebagai bundanya. Masing2 mengklaim bundanya adalah milik dia, tidak boleh milik yang lain. Sebagai pelampiasan mencari perhatian bundanya, kedua putri saya berusaha selalu minta saya melayaninya. Padahal saat putri ketiga dirawat neneknya di Solo, usia 3-4 tahun sudah terbentuk kemandiriannya, makan sendiri, mandi sendiri dll. Sekarang selalu mencari perhatian saya dengan tidak mau melakukannya lagi sendiri, semua harus saya layani, makan minta disuapi, mandi minta dimandikan dll. Dimotivasi bahwa ia sudah mampu melakukan sendiri, ngambek dan akhirnya tidak mau makan atau tidak mau mandi. Adapun putri keempat alhamdulillah lebih sering bisa bersikap mandiri saat ini, meskipun kadang2 minta saya layani untuk hal-hal keperluannya, seperti makan, mandi dll. Pertanyaannya, bagaimana cara membangun kemandirian kembali putri ketiga saya tersebut. Apa yang harus saya lakukan. Mohon pencerahannya.
Syukron jazakunallahu khayran katsiran atas semua pencerahannya. Mohon maaf apabila ada pernyataan maupun kata yang tidak berkenan.
Jawab:
Masya Allah bunda ndah ...sy ikut prihatin yaa.
1. Bunda tipsnya ada di jawaban no. 7 silakan dicoba yaa. Tapi baiknya bunda juga konsultasikan masalah ini ke psikolog, Krn ini menyangkut trauma.
2. Masalah sibling rivalry mmg bikin bunda pusing yaa..padahal kita sayang mereka tapi tetap saja ada yang masih merasa dibedakan. Ada cara yg lucu yg bisa digunakan untuk menghilangkan hal ini. Saat mereka bertengkar bunda ke dapur saja sambil bilang ke anak2. Kalian masih ribut aja? Ya sudah bunda ambil pisau dulu ya buat belah bunda jadi 2. Sadis memang 😂, tp anak yg penyayang pasti langsung menjerit takut kehilangan bunda...nah di saat inilah bunda peluk keduanya dan mulai memasukkan nilai2 kebersamaan sesama saudara. Bisa berupa cerita karangan atau bisa dicari kisah nyata.
Bila ada yang punya tips lebih keren yuk di share bunda! 😍
Tambahan untuk yang ini..
Diambil dari group belajar parenting with Elly Risman and family,
Salah satu mengurangi sibling rivalry yang dilakukan bu Elly dulu adalah, memberikan porsi eksklusif bersama mama/papanya pada tiap anak.
Dan bila porsi waktu eksklusif itu tiba, bu Elly mengucapkan sesuatu di telinga anaknya dengan berbisik2; bu Elly bilang, ini rahasia. Hanya ibu dan kamu yang tau. Ternyata, ibu Elly membisikkan bahwa "kamu anak yang istimewa untuk papa dan mama" dan bu Elly berpesan, ini rahasia jangan sampai saudaramu yang lain tau.
Lucu ya. Dan akhirnya rahasia itu terbongkar saat anak2 bu Elly sudah dewasa saat mereka bertengkar.
Ini berlaku bila anak sudah bisa menyimpan rahasia😁
1⃣0⃣ Sofi Zahroh _IIP Garut
Bunda, anak sy (1 th 7 bln) memng sedang berlatih mengemukakan apa yg diinginkan, termasuk ketika menginginkan barng milik anak lain (temannya). Tp kdg kla ank sy msh langsung main ambil saja barang temannya tsb (krn yg sy baca usia di bwh 2 th belum kenal konsep kepemilikan), alhasil barangny direbut dr anak saya, dan kdg kala temanny sambil marah/membentak (krn rata2 temn ank sy usiany di atas 2 th yg sudah mengenal konsep kepemilikan).
Sekrg, yg sy liat anak sy jadi sering minta bantuan sy untuk mengambil/meminjam brg temanny. Agak 'ketakutan' akan reaksi temanny yg marah atau membentak.
Jadi yg ingin sy tanyakan :
1. bagaimana menjelaskan dengan bijaksana kepada anak tentang konsep kepemilikan temannya tanpa mencederai citra diri maupun harga diri anak?
2. Bgmn pula menjelaskan kepada anak akan reaksi temannya tersebut?
Hatur nuhun.
Jawab:
1. Dear bunda Sofi, sebelum menjelaskan kepada anak tentang kepemilikannya temannya, maka terlebih dulu anak harus paham tentang kepemilikannya sendiri. Apakah bunda sudah menjelaskan hal ini pada Ananda? Bila Ananda sudah paham tentang barang miliknya dia sendiri akan paham mana yang bukan miliknya. Cara menjelaskan kepemilikannya bisa dilakukan dengan memberi tanda barang2 milik Ananda dengan stiker atau sejenisnya. Ananda akan paham mana saja barang2 miliknya yg sudah ditandai dgn stiker, yg tidak ditandai berarti bukan miliknya.
2. Menjelaskan reaksi merupakan cara mengajarkan empati. Maka ajarilah Ananda berempati, bisa melalui cerita atau praktek langsung, misal berbagi makanan dengan teman, berbagi pinjam mainan dsb✅
1⃣1⃣ Nur_ Banten
Anak saya usianya 4 tahun. Kalo habis mainan disuruh merapihkan mainannya kadang bilang capek sambil merengek. Akhirnya saya nggak tega ikutan merapihkan juga. Salahkah sikap saya?
Jawab:
Teh Nur yang baik hatinya, yuk belajar tega(s). 😊
Sebelum bermain, buat perjanjian dengan anak untuk merapihkan mainannya setelah bermain. Bila anak menyetujui, teteh bisa turunkan mainan yang teteh simpan (sebaiknya ada tempat mainan yang terjangkau dan sulit dijangkau -berlaku untuk mainan kecil-kecil sebangsa lego dan sesuatu yang dirakit.
Bila sudah selesai bermain, teteh bisa ajak anak membereskan mainannya sesuai perjanjian yang telah terjadi sebelum bermain.
Bila anak merengek, coba untuk bermain peran membereskan mainan, misalnya mainan kedinginan ayo masukkan ke tempatnya. Atau ayo kita berlomba bereskan mainan. Jadikan membereskan mainan sebagai ajang bermain yang tidak kalah menarik dari anak-anak yang bermain dengan mainannya sendiri.
Latih terus menerus dan bermainlah bersama anak-anak, jadilah anak-anak yang menjalankan aturan tersebut, jangan berperan menjadi orangtua. Karena anak-anak akan lebih mudah mencontoh temannya. Teteh dan suamilah teman terbaik pertama untuknya.✅
🌈⛅🌈⛅🌈⛅🌈⛅🌈⛅🌈⛅🌈
*Game Level #2 Kelas Bunda Sayang BCCG*
🍀Tantangan 10 hari Apresiasi Kemandirian🍀
(Periode 23 Feb - 11 Maret 2017)
Dalam tantangan 10 hari di materi kemandirian kali ini, kita akan memberikan apresiasi kemandirian dalam beberapa kategori yaitu:
- Bagi anda yang sudah memiliki putra/i anda
- Bagi anda yang ingin melatih kemandirian berdua dengan pasangan karena di rumah belum ada anak-anak
- Dan Bagi anda yang masih single.
Bagaimana caranya?
1⃣ Buatlah list kemampuan kemandirian apa saja yang ingin anda latihkan baik kepada putra/putri anda (bagi Ibu yang sudah memiliki anak), atau kepada anda dan pasangan (bagi ibu yang belum memiliki anak), atau kepada diri anda sendiri (bagi anda yang masih single).
2⃣Buatlah program "One Week One Skill", Dalam satu bulan ini min. melatih satu kemandirian dan max. 4 kemandirian.
3⃣Abadikan portofolio kemandirian anak/kita, dan atau pasangan/diri kita sendiri. Bisa dalam bentuk foto dengan caption atau tulisan narasi yang anda posting setiap hari, minimum selama 10 hari dan max. tak berbatas waktu, bergantung komitmen yang dibuat.
Bagi anda yang berhasil menyelesaikan min. 10 postingan secara berturut-turut dalam bulan ini, akan memperoleh badge "YES, I CAN"💪💪
Posting Portofolio di Blog/Platform lainnya, disertai hashtag:
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian
Dan bagi yg di blog, tambahkan kategori/label:
*Bunda Sayang*
*Melatih Kemandirian*
*Ibu Profesional*
*IIP*
Setorkan link tulisan anda ke
https://goo.gl/forms/3fdz1r8rsEnFZKOE2
Jika mengalami kendala teknis, hubungi Koordinator Bulanan untuk bantu carikan solusi.
Tetap semangat, yakin... *Yes, I CAN!*
☔💧☔💧☔💧☔💧☔💧☔💧☔
*Game Level #2 Bunda Sayang*
🍀 *Tantangan 10 hari Apresiasi Kemandirian*🍀
(Periode 23 Feb - 11 Maret 2017)
Dalam tantangan 10 hari di materi kemandirian kali ini, kita akan memberikan apresiasi kemandirian dalam beberapa kategori yaitu:
👪 Bagi anda yang sudah memiliki putra/i
💑Bagi anda yang ingin melatih kemandirian berdua dengan pasangan karena di rumah belum ada anak-anak
🙋Dan Bagi anda yang masih single.
Bagaimana caranya?
1⃣ Buatlah list kemampuan kemandirian apa saja yang ingin anda latihkan baik kepada putra/putri anda (bagi Ibu yang sudah memiliki anak), atau kepada anda dan pasangan (bagi ibu yang belum memiliki anak), atau kepada diri anda sendiri (bagi anda yang masih single).
2⃣Buatlah program *One Week One Skill* Dalam satu bulan ini min. melatih 1 kemandirian dan max. 4 kemandirian.
3⃣Abadikan portofolio kemandirian anak ➡👪
Kemandirian kita dan atau pasangan ➡💑
Kemandirian diri kita sendiri➡🙋
Bisa dalam bentuk foto dengan caption atau tulisan narasi yang anda posting setiap hari, minimum selama 10 hari dan max. tak berbatas waktu, bergantung komitmen yang anda buat.
🎖Bagi anda yang berhasil menyelesaikan tantangan ini akan memperoleh badge "YES, I CAN"💪💪 apapun kondisi anda, baik konsisten setiap hari, lompat-lompat, dirapel,dan minta dispensasi, selama sampai tanggal 11 Maret 2017, anda selesai pasti dapat badge.
🎖🎁🎁
Bagi anda yang berhasil konsisten 10 hari berturut-turut dan menyelesaikannya sampai akhir maka akan mendapatkan tambahan badge
*You're outstanding performance*
Dan mendapatkan kesempatan untuk masuk seleksi tulisan terbaik nasional dan pertukaran mahasiswi ke grup lain.
🎖🎁
Bagi anda yang berhasil menyelesaikan tantangan, dg cara dirapel atau lompat-lompat, apapun kondisinya, maka anda akan dapat tambahan badge
*You're excellent*
Posting Portofolio di Blog/Platform lainnya, disertai hashtag:
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian
Dan bagi yg di blog, tambahkan kategori/label:
*Bunda Sayang*
*Melatih Kemandirian*
*Ibu Profesional*
*IIP*
Setorkan link tulisan anda ke......
Jika mengalami kendala teknis, hubungi Koordinator Bulanan untuk bantu carikan solusi.
Tetap semangat, yakin... *Yes, I CAN!*
🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞
Bisa hari 1 ttg kemandirian anak pertama, hr kedua anak 2, hari 3 kemandirian suami/diri sendiri...dsb
Buat list kemandirian yg ingin kita capai tuk seluruh anggota keluarga, sehingga kita punya banyak bahan tuk tulisan Bun. Dan terkadang pun 1 skill kemandirian anak bisa diceritakan berkali-kali, karena biasanya ada proses dan proses itu biasanya menarik tuk diceritakan
Bisa jadi 10 hari itu kita gunakan tuk menceritakan proses kemandirian anak kita satu2nya, atau diri kita sendiri 😁
🍯🧀Cemilan Rabu #1🧀🍯
Materi 2 : Melatih Kemandirian Anak
*Membangun dan Mendidik Kemandirian pada Anak*
Membangun dan mendidik kemandirian anak bukanlah pekerjaan yang mudah, terutama melatih anak mandiri ketika masih di usia dini. Secara alamiah anak sebenarnya cenderung untuk belajar memiliki kemandirian "Yes, I can!" Kata-kata ajaib ini merupakan sinyal dari kesadaran seorang anak terhadap diri dan kemampuannya sendiri untuk menentukan dirinya.
Orang tua yang bijaksana memanfaatkan keinginan akan kemandirian ini dengan membiarkan anak-anak mereka mempraktikkan keterampilan mereka yang baru muncul sesering mungkin pada lingkungan yang aman atau ramah anak. Dukungan orang tua yang seperti ini memang sangat dibutuhkan anak agar dapat melakukan berbagai hal secara mandiri, termasuk aktivitas yang masih relatif sulit.
Namun realita yang ada, orang tua terkadang merasa tidak tega, tidak bersabar, khawatir yang lahir karena bentuk rasa sayang yang berlebihan kepada anak. Inilah salah satu penyebab dari kegagalan anak dalam proses kemandiriannya. Oleh karena itu, orang tua perlu memperbaiki sikap mental agar tidak mudah khawatir dengan anak.
Faktor lingkungan juga terkadang ikut andil dalam kegagalan proses kemandirian anak. Dorongan negatif dari lingkungan sekitar yang terkadang menganggap apa yang orang tua lakukan untuk melatih kemandirian anaknya sebagai bentuk eksploitasi. Padahal yang paling terpenting dan utama dalam membangun dan mendidik kemandirian anak adalah ketika anak merasa senang dalam melakukan aktivitas kemandiriannya tanpa ada rasa takut ataupun karena ada rasa tekanan dari luar.
Perlu diketahui bahwa kemandirian anak usia dini berbeda dengan kemandirian remaja ataupun orang dewasa. Jika pengertian mandiri untuk remaja dan orang dewasa adalah kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukan tanpa membebani orang lain, sedangkan untuk anak usia dini adalah kemampuan yang disesuaikan perkembangan usianya.
Adapun jenis kemandirian anak yang perlu dibangun adalah sebagai berikut:
*1. Kemandirian dalam Keterampilan Hidup*
Prinsip pokok menumbuhkan kemandirian dalam keterampilan hidup adalah memberi kesempatan, bukan melatih. Anak secara alamiah memang cenderung berusaha belajar melakukan berbagai keterampilan hidup sehari-hari secara mandiri, semisal makan, mengenakan baju sendiri, mandiri sendiri, dsb.
Jika kita mengizinkan anak melakukan berbagai aktivitas hidup sehari-hari tersebut secara mandiri, lambat laun akan terampil. Yang kita perlukan hanyalah kesediaan mendampingi sehingga anak tidak melakukan terlalu banyak kesalahan, meskipun kita tetap harus menyadari bahwa untuk mencapai keterampilan perlu latihan yang banyak dengan berbagai kesalahannya.
Kemandirian itu akan lebih meningkat kualitasnya jika orangtua secara sengaja memberi rangsangan kepada anak berupa tantangan untuk mengerjakan yang lebih rumit dan sulit. Ini bukan saja melatih kemandirian dalam urusan keterampilan hidup sehari-hari, melainkan juga menumbuhkan kemandirian secara emosional.
*2. Kemandirian Psikososial*
Bertengkar itu tidak baik. Tetapi menghentikan pertengkaran begitu saja, menjadikan anak kehilangan kesempatan untuk belajar menyelesaikan konflik. Kita memang harus menengahi dan adakalanya menghentikan. Tetapi kita juga harus membantu anak menggali masalahnya, merunut sebabnya dan menawarkan jalan keluar kepada anak, baik dengan menunjukkan berbagai alternatif tindakan yang dapat diambil maupun menanyakan kepada anak tentang apa saja yang lebih baik untuk dilakukan.
Apa yang terjadi jika kita bertindak keras terhadap berbagai konflik yang terjadi antar anak? Banyak hal, salah satunya anak tidak berani mengambil sikap yang berbeda dengan teman-temannya, meskipun dia tahu bahwa sikap itulah yang seharusnya dia ambil. Padahal kita seharusnya menanamkan pada diri anak sikap untuk mendahulukan prinsip daripada harmoni. Rukun itu penting, tapi hidup dengan berpegang pada prinsip yang benar itu jauh lebih penting. Kita tanamkan kepada mereka _principles over harmony_ , melakukan hal-hal yang benar semata-mata karena prinsip. Bukan karena ada orang lain yang memaksa anak melakukannya.
Lalu apakah yang harus kita lakukan jika anak sedang bertengkar? Apakah kita biarkan mereka? Tidak. Kita tidak boleh membiarkan. Kita harus menangani. Membiarkan anak bertengkar dengan keyakinan mereka akan mampu menyelesaikan sendiri dapat memicu terjadi situasi submisif, yakni siapa kuat dia yang menang. Dan inilah yang sedang terjadi di negeri kita. Bahkan urusan antre pun, siapa yang kuat dia yang duluan. Dampaknya akan sangat luas dan bisa menakutkan.
Kita juga dapat melatih kemandirian psikososial anak secara lebih luas. Melatih _toilet trainee_ beserta adab-adabnya. Melatihnya bagaimana adab ketika bertamu atau menerima tamu, adab berbicara kepada yang lebih tua atau yang lebih muda, dan lain sebagainya.
*3. Kemandirian Belajar*
Inilah proses serius kita hari ini. Banyak sekolah yang bersibuk mengajari anak agar terampil membaca, menulis semenjak usia dini, tapi lupa bahwa yang paling mendasar adalah sikap positif, kemauan yang kuat, dorongan dan kebanggaan akan kegiatan tersebut.
Jika anak memiliki kemauan yang kuat untuk belajar disertai keyakinan (bukan hanya paham) bahwa belajar itu penting, maka kita dapat berharap anak akan cenderung menjadi pembelajar mandiri saat mereka memasuki usia 10 tahun. Sebaliknya jika kita hanya mengajari mereka berbagai kecakapan belajar semisal membaca, menulis, dan berhitung di usia dini, mungkin awalnya mereka menggebu-gebu untuk mempelajari semua itu, namun di usia 10 tahun justru menjadi titik balik berupa kejenuhan serta keengganan belajar.
*4. Kemandirian Emosional*
Bekal pokok dari kemandirian emosional adalah pengenalan diri yang diikuti dengan penerimaan diri, kemudian pengendalian diri. Ini memerlukan peran orangtua dalam mengajak anak untuk mengenali kelebihan-kelebihan, kekurangan, kemampuan dan kelemahannya sendiri. Pada saat yang sama orangtua menunjukkan penerimaan terhadap kekurangan maupun kelemahan anak, tetapi bukan berarti membiarkan anak melemahkan dirinya sendiri. Malas dan enggan mengatasi masalah merupakan bentuk sikap melemahkan diri sendiri. Orangtua perlu menunjukkan bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Maka tak patut merendahkan orang lain, tak pantas pula meninggikan diri. Lebih-lebih untuk sesuatu yang diperoleh tanpa melakukan usaha apa pun alias sepenuhnya merupakan pemberian semenjak lahir.
Yang juga penting untuk dilakukan adalah mendampingi anak mengenali kebutuhannya. Balita pun tak perlu rewel jika ia telah dapat mengenali kebutuhannya untuk istirahat. Perlu juga mendampingi mereka untuk belajar membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan perlu dipenuhi, meski tak serta-merta. Sedangkan keinginan, adakalanya dapat dituruti, tetapi tetap perlu belajar menahan diri. Semua ini ditumbuhkan bersamaan dengan menguatkan dorongan sekaligus kemampuan bertanggung-jawab, termasuk berkait dengan konsekuensi atas berbagai tindakan mereka.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
📚Sumber bacaan :
Muhammad Fauzil Adhim, Anak Perlu Belajar Mandiri, Majalah Hidayatullah edisi November 2014.
Ciri Anak Mandiri dan Tahapan Perkembangan Kemandirian, www.AlMaghribiCendekia.com, 2015
William Sears, M.D., Anak Cerdas: Peranan Orang Tua dalam Mewujudkannya, Emerald Publishing, Jakarta 2004
❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄
❓ *FAQ Tantangan 10 Hari Game Level#2*
1⃣ *Kapan mulai setoran?*
Jawab:
Jika sudah jelas semuanya (tidak ada lagi yang ditanyakan), tantangan Apresiasi Kemandirian ini bisa dimulai per tanggal 23 Februari, kemudian 10 hari berturut-turut menjalankan dan mengisi linknya.
Kalau mau mulai tanggal 27 Februari juga boleh, dengan ketentuan yang sama.
Yang *tidak bisa* adalah mulai di atas tanggal 2 Maret, artinya 10 hari berturut-turutnya tidak bisa.
Ini sekalian manajemen waktu dan dead line.
2⃣ *Bu bagaimana teknisnya one week one skill?*
*Boleh lebih dari satu skill nggak? Satu skill ini untuk satu pekan atau selama 10 hari tantangan?*
Jawab:
One week one skill itu "mantra" untuk mengingatkan kita agar fokus pada 1 ketrampilan dulu per minggunya, tidak menuntut anak untuk trampil segalanya.
Contoh :
Pekan ini saya ingin melatih anak trampil merapikan tempat tidur, lihat konsistensinya selama 3 -7 hari pertama. Fokus disatu hal ini, baru pekan berikutnya tambah dg 1 ketrampilan lagi demikian seterusnya.
Jadi dalam 1 bulan ini min 1 ketrampilan mandiri max 4 ketrampilan mandiri
3⃣ *Kalau untuk Rencana boleh dibuat banyak ya bu? misal 1 bulan 4 skill gitu*
Jawab:
Ya kalau rencana harus banyak, untuk menentukan skala prioritas, ini yang membedakan kita nanti hanya sekedar mengerjakan tugas 10 hari selesai, atau memang berlanjut sampai anak aqil baligh
➖➖➖➖➖➖➖
🍶🍫🍮Cemilan Rabu #2🍮🍫🍶
Materi 2 : Melatih Kemandirian Anak
*Kemandirian Anak dan _Adversity Quotient_*
Berbagai rutinitas harian anak, seringkali menantang dan menghadapkan kita pada pilihan apakah akan 'membantunya' atau 'melatihnya melakukan sendiri'. Sebut saja, misalnya: makan, memakai sepatu, mandi, membereskan mainan, dan lain-lain.
Dengan alasan 'sudah terlambat', seringkali kita pada akhirnya 'membantu' menyuapi si tiga tahun. Tak jarang juga, kita bantu pasangkan sepatu si dua tahun, hanya karena tak sabar melihatnya berproses memakai sepatunya. Lalu bagaimana dengan si 10 tahun yang akan berangkat sekolah? Dengan alasan yg kurang lebih sama, kita sibuk menyiapkan seragam dan berbagai kebutuhan sekolahnya.
Padahal, yang kita cita-citakan bersama tentulah mempersiapkan calon ibu yang tangguh, serta calon ayah yang penuh tanggung jawab bukan? Dan kemandirian sejak dini adalah kunci awalnya.
Maka, bila anak-anak kita yang masih berusia 0-1 tahun masih sepenuhnya bergantung pada orang lain di sekitarnya, seiring dengan pertumbuhannya, sepatutnya kita melatih juga kemandirian anak. Misal: anak usia 3 tahun sewajarnya bila sudah tidak disuapi lagi, dan anak usia 4 tahun sepatutnya sudah bisa membersihkan tubuhnya sendiri.
Adalah _Adversity Quotient_ yang menggambarkan pola seseorang dalam mengolah tanggapan atas semua bentuk dan intensitas dari kesulitan. Menurut Paul G. Stoltz, _Adversity Quotient_ merupakan kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.
_Adversity Quotient_ memiliki tiga tingkatan dengan terminologi pendaki gunung.
*1.AQ rendah*
Mereka cenderung mudah menyerah dan tidak berdaya. Mudah menyalahkan orang lain tanpa memperbaiki situasi. Kesulitan yang dihadapi mempengaruhi semua aspek hidupnya sehingga selalu merasa dikelilingi kesulitan. Seringkali menolak kesempatan yang diberikan. Mereka diidentikkan sebagai orang yang terhenti ( _quitter_)
*2.AQ sedang*
Memiliki banyak perhitungan. Mereka mampu memandang kesulitan sebagai sesuatu yang sementara dan cepat berlalu, tetapi ketika kesulitan itu semakin menumpuk, maka akan membuat putus harapan dan memandang kesulitan tersebut akan berlangsung lama dan menetap.
Seringkali sudah melakukan sedikit lalu berhenti di tengah jalan. Mereka mau mendaki meskipun akan berhenti di pos tertentu dan merasa cukup sampai disitu ( _camper_)
*3.AQ tinggi*
Inilah pembelajar seumur hidup. Mereka mempu untuk mengendalikan setiap kesulitan. Kesulitan yang muncul pada satu aspek kehidupan tidak meluas pada aspek yang lain. Mereka memandang kesulitan yang ada bersifat sementara dan cepat berlalu. Mampu memandang apa yang ada di balik tantangan tanpa memikirkan suatu hal sebagai hambatan. Mereka membuktikan diri untuk terus mendaki ( _climber_)
Pandu anak-anak supaya terbentuk AQ yang tinggi. Bukankah ini penting bagi mereka dalam menghadapi tantangan sehari-hari? Supaya mereka bisa melewati tantangan hidup. Menyelesaikan masalah, mulai dari yang sederhana hingga yang sulit dapat mereka lakukan dengan penuh percaya diri.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
📚Bahan Inspirasi :
Stoltz, P.G. 2000. Adversity Quotient, Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. PT. Grasindo
👑👑👑👑👑👑👑👑👑👑👑
Selamat bagi Anda yang telah berjuang menyelesaikan Game Level #2 Kelas Bunda Sayang IIP BCCG. Untuk itu Anda berhak mendapatkan *Yes I Can* dan tambahan Badge *You're Excellent* untuk yang berhasil mengerjakan di awal waktu dan Badge *Outstanding Performance* untuk peserta yang berhasil mengerjakan di awal waktu dengan 1 day 1 post (tanda 👑).
*CONGRATULATION* 🎆🎇🎉
👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏
Berikut nama-nama yang berhasil dan mereka adalah
1. Angrum Husnalillah
2. Annisaatul Munawaroh
3. Desiana Syahrusani 👑
4. Dewi Anggraini👑
5. Ellyana Setiadi👑
6. Endah Siti Muwahidah
7. Eulis Fatma Mahmudah
8. Ika Mustaqiroh
9. lilis septiani👑
10. lusi mulyantini
11. Neneng hibatullah
12. Nur Azizah
13. Nuraini Ayu Pangestu
14. Ririn Marini
15. Riskana Deniawati (Rizka)👑
16. Sildha karmila
17. Siti Mutoharoh
18. Suhaeni
19. Tetin R
20. vina marati imana
21. Wedaraningtyas
Peaerta yang mendapatkan Badge *Outstanding Performance* berhak masuk dalam nominasi peserta terbaik dan pertukaran pelajar 😍.
Tunggu Pengumumannya yaaa!
Keep doing! Keep writing!
🍮🍓🍵Cemilan Rabu #3🍵🍓🍮
Materi 2 : Melatih Kemandirian Anak
*Ayah Bunda, Biarkan Anakmu Berproses*
Jika anak kerap meminta secara berlebihan dan selalu ingin dilayani, layaknya kita waspada. Apa yang terjadi pada diri anak kita kemungkinan sinyal bahwa ia tidak tumbuh menjadi anak yang mandiri. Namun jangan pula terburu-buru menyalahkan anak. Sebab apa yang terjadi tak lepas dari bagaimana kita mendidiknya.
Melatih anak mandiri memang bukan persoalan gampang. Seringkali orang tua bersikap *ambivalen* dalam menghadapi anak. Di satu pihak mereka menuntut anak menjadi mandiri, namun di sisi lain orang tua kurang berteguh hati untuk memberikan kesempatan pada anaknya untuk mencoba. Padahal keyakinan diri anak-anak tumbuh ketika mereka menyelesaikan aktivitas kemandirian mereka. Bagi anak, dengan memberikan kontribusi dalam keluarga, mereka melihat dirinya sebagai anggota yang penting dari "tim" keluarga. Di samping itu, ketika mereka menguasai keterampilan baru mereka merasa berkompeten.
Sikap bijaksana orangtua memang sangat diperlukan dalam membentuk kemandirian anak. Orang tua tidak perlu bersikap terlalu melindungi. Berikanlah anak kebebasan untuk mengungkap segala keinginan dan pikirannya. Orang tua juga tidak perlu malu atau gengsi jika anak melakukan kesalahan.
Ukuran kebenaran bagi anak tidak dapat dilihat dari kacamata orang dewasa. Lagi pula dari kesalahan itu, anak akan belajar lebih banyak. Ingatlah, bahwa orang tua tidak selalu ada di samping anak untuk membantunya seumur hidup. Karena itu, ketika anak belajar mandiri, tunjukkanlah bahwa orang tua memperhatikan hal-hal yang mereka lakukan. Pujian dan dorongan akan memotivasi anak dan membuat mereka merasa bangga.
Anak-anak senang ketika mereka diliputi kehangatan yang mengalir dari persetujuan orang tua yang selalu mereka cari. Anak juga berharap orang tua memberikan tanggung jawab kepada mereka, Karena bila larangan itu hadir, kelak anak akan menjadi bingung dan kehilangan respek terhadap orang tua yang tidak memberikan kepercayaan dan tanggung jawab.
Maka Ayah Bunda biarkanlah anak mandiri dan bertanggung jawab, meskipun hasilnya belum maksimal, terus fokus mendampingi anak berproses secara bertahap.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
📚Bahan Inspirasi :
Nina Chairani & Nurachmi W., penyunting. Biarkan Anak Bicara, Jakarta. Republika, 2003
William Sears, M.D., Anak Cerdas: Peranan Orang Tua dalam Mewujudkannya, Emerald Publishing, Jakarta 2004
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
_Review Tantangan 10 Hari Kelas Bunda Sayang #1 Materi #2_
*MELATIH KEMANDIRIAN ANAK*
Bunda, terima kasih sudah menyelesaikan tantangan 10 hari tentang “MELATIH KEMANDIRIAN ANAK”.
Pekan ini kita akan review berbagai pola kemandirian yang telah Bunda lakukan bersama dengan anak-anak di rumah.
Yang pertama, kami akan mengapresiasi bunda semua yang sudah komitmen melakukan tantangan 10 hari ini :
🎖 Selamat untuk para Bunda, yang berhasil menyelesaikan tantangan 10 hari ini sampai dengan tanggal 11 Maret 2017, dengan berbagai kondisi, ada yang konsisten setiap hari, lompat-lompat,maupun dirapel dan minta dispensasi.
Bunda berhak memperoleh badge *YES, I CAN*💪💪
( _pengumuman nama-nama yang mendapatkan badge Yes, I CAN_)
🎖🎁Bagi Bunda yang berhasil menyelesaikan tantangan di game level #2 ini sampai tgl 11 maret 2017 , praktek setiap hari dan baru bisa posting / dikumpulkan portofolionya dengan cara dirapel atau lompat-lompat,
Bunda berhak mendapatkan tambahan badge
*You’re EXCELLENT*
( Pengumuman nama-nama yang mendapatkan badge “You’re EXCELLENT”)
🎖🎁🎁 Daaan…inilah Bunda-Bunda yang berhasil konsisten menjalankan tantangan 10 hari secara berturut-turut sampai akhir, baik praktek maupun mempostingnya setiap hari tanpa jeda,
Bunda berhak menyematkan badge
*You’re OUTSTANDING PERFORMANCE*
( pengumuman nama-nama yang mendapatkan badge “ You’re Outstanding Performance”)
Selamaat, selain dapat bagde tambahan, tulisan anda juga berhak untuk diikutkan di seleksi tulisan bunda sayang tingkat nasional, daaan satu lagi dapat kesempatan menjadi narasumber untuk share kesuksesan di grup lain.
Sekali lagi KONSISTENSI masih diperlukan di tahap bunda sayang ini, karena Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus menerus melakukan sesuatu sampai tercapai tujuan akhir.
Sikap/sifat yang gigih dan rajin ini akan menjadikan seseorang yang biasa-biasa menjadi luar biasa.
KEMANDIRIAN erat sekali kaitannya dengan KONSISTENSI, seberapa konsisten kita melatih anak-anak untuk mandiri, akan berpengaruh pada seberapa besar tingkat keberhasilan kita melatih anak-anak untuk menghadapi kehidupannya kelak tanpa bergantung pada orang lain.
Anak mandiri adalah anak yang mampu berpikir dan berbuat untuk dirinya sendiri.
Seorang anak yang mandiri biasanya aktif, kreatif, berkompeten di bidangnya, tidak tergantung pada orang lain dan tampak spontan. Inilah beberapa life skill yang perlu dimiliki oleh anak.
Ketika hari ini bunda bersusah payah melatih kemandirian anak-anak kita, maka
*_Jangan pernah menyerah, walau kadang kita merasa lelah_*
Hasilnya akan bunda lihat dalam beberapa tahun mendatang, tidak seketika. Sehingga hal inlah kadang yang menggoda keteguhan kita untuk bersungguh –sungguh mendidik kemandirian anak kita.
Karena kalau kita berhenti melatih kemandirian anak akan muncul perilaku negatif yang dapat menjauhkan anak dari kemandirian di usia selanjutnya.
Gejala-gejala tersebut seperti contoh di bawah ini:
a. Ketergantungan disiplin kepada kontrol luar, bukan karena kesadarannya sendiri. Perilaku ini akan mengarah kepada perilaku tidak konsisten.
b. Sikap tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya, anak mandiri bukanlah anak yang lepas dari keluarganya melainkan anak yang tetap memiliki ikatan batin dengan keluarganya tetapi tidak bergantung pada keluarganya.
c.Sikap hidup kompromistik tanpa pemahaman dan kompromistik dengan mengorbankan prinsip. Gejala masyarakat sekarang yang meyakini segala sesuatunya dapat diatur adalah bentuk ketidakjujuran berfikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah.
Kalau melihat gejala-gejala di atas, menyelesaikan tugas kemandirian anak sekarang, sifatnya menjadi wajib dalam membangun peradaban dunia ini. Karena merekalah nanti yang disebut generasi penerus pembangun peradaban.
Berikut beberapa indikator yang bisa bunda lihat untuk melihat tingkat keberhasilan anak-anak kita secara global.
☘Ciri khas kemandirian anak :
a. Anak mandiri mempunyai kecenderungan memecahkan masalah daripada berkutat dalam kekhawatiran.
b. Anak mandiri tidak takut dalam mengambil resiko karena sudah mempertimbangkan hasil sebelum berbuat.
c. Anak percaya terhadap penilaian sendiri, sehingga tidak sedikit-sedikit bertanya atau minta bantuan.
d. Anak memiliki kontrol yang lebih baik terhadap kehidupannya
Menurut Masrun dkk dalam bukunya jurnal kemandirian anak, membagi kemandirian dalam lima komponen sbb :
a. *MERDEKA*, anak bertindak atas kehendak sendiri, bukan karena orang lain dan tidak bergantung orang lain
b. *PROGRESIF*, berusaha mengejar prestasi, tekun, terencana dalam mewujudkan harapannya.
c. *INISIATIF* , mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif
d. *TERKENDALI DARI DALAM*, individu yang mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakannya serta mampu mempengaruhi lingkungan .
e. *KEMANTAPAN DIRI*, memiliki harga diri dan kepercayaan diri, percaya terhadap kemampuan sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Kemandirian-kemandirian tersebut di atas akan sangat penting kita persiapkan hari ini, karena anak-anak kita nanti akan memasuki pendidikan abad 21, yang memerlukan ketrampilan kemandirian yang lebih untuk mencapainya.
_Sumber Bacaan :_
_Masrun dkk, Jurnal Kemandirian Anak, diakses melalui www.lib.ug.co.id, pada tanggal 13 Februari 2016_
_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Melatih Kemandirian Anak, Gaza Media,2016_
_Trilling dan Fadel, 21st century skills, 2009_
Sumber gambar : _trilling and fadel, 21 st century skills, 2009_
Ini juga bagian keterampilam hidup yang wajib dikuasai anak-anak. Setelah anak-anak bisa menyelesaikan kemandirian untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti; makan, minum, mandi,dsb naikkan ke tangga keterampilan berikutnya. Karena mendidik anak tidak pernah selesai😊
Sumber gambar;
https://www.bcgperspectives.com/Images/New_Vision_for_Education_WEF_2015.pdf
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Resume Diskusi Review Tantangan 10 Hari
💦💦💦💦💦💦💦💦💦
1⃣ Siti Mutoharoh
Konsistensi itu tidak hanya dilakukan oleh orang tua kan ya?
Anak pun mesti konsisten, apakah ada "magic words" yang bakal langsung bisa meresap di hati dan alam bawah sadar anak, agar mereka mau dan mampu juga secara terus menerus mencoba melakukan segala sesuatunya sendiri dan kontinyu tanpa rasa bosan, saya pernah bilang kpd anak-anak "Bahwa bunda ga selamanya ada untuk kalian, dan ga selamanya bisa sehat seperi sekarang" tapi sepertinya mereka memang belum menangkap pesan saya, anak2 sy 4y5m dan 2y10m. Mohon pencerahannya ya bun..
Jawaban bu Wening (fasil):
Hwaa teh Muth. Usia anak kita hampir sepantaran..
Bisa jadi kata "meninggal" dan "bunda tidak selamanya sehat" adalah kata-kata yang maknanya abstrak di pikiran anak-anak.
Bila dalam pengalaman bu Septi. Ibu memasukkan meninggal itu dalam kategori konkret, anak-anak sering bu Septi ajak takziyah, ke pemakaman dll. Maka anak-anak bu Septi paham akan konsep meninggal di usia 1-3 th.
Bu Septi dulu baru paham konsep meninggal usia 8 tahun saat bapaknya meninggal, karena orang dewasa memasukkan konsep tersebut di ranah abstrak.
Yang terjadi di usia Elan 3 tahun, saat dengar ada berita kematian di masjid, dan Elan tahu bapaknya sedang tidak di rumah, maka Elan minta ijin ke bu Septi untuk segera ke rumah duka, mewakili pak Dodik katanya. Bu Septi pun tergopoh-gopoh mengikuti Elan dari belakang.
Itu bu Septi. Kalau saya, saya seringkali menggunakan kata-kata ajaib, *kakak bisa kakak hebat pasti bisa*. Dan bila kakak lagi marah karena gak bisa-bisa saya kadangkala puterin ini teh https://youtu.be/D_ZJgIiwWjE
Dengan motivasi kakak bisa dan mendampingi di sampingnya, seringkali saya menemukan Aha! moment anak-anak. *mah aku bisa!* dengan senyum merekah.
Semoga terjawab ya bunda sholihah :)
Tanggapan bu Azizah (fasil): Ingat magic words dan alam bawah sadar, sy jd ingat hypno parenting. Apa di sini bunda ada yg pernah melakukannya?
Tanggapan bu Nur Azizah:
Sepertinya saya belum bun, sy blm paham hypno parenting itu sprti apa dan bgmn?
Jawaban bu Azizah (fasil):
Hypnoparenting itu ilmu hipnotis tuk tujuan parenting. Caranya dengan membuat sugesti ke alam bawah sadar(ada juga yg bilang masih alam sadar). Memasukkan sugesti berupa kata2/kalimat positif yg dilakukan secara berulang-ulang. Tujuannya agar penerima sugesti mengikuti apa keinginan kita.
Tanggapan bu Yetmi:
Dulu pernah membahas soal ini dg seorang psikolog dan beliau mengatakan klo itu salah cara menjadikan anak spt robot. Klo mau 'mensugesti' lakukan dlm keadaan sadar.
Klo aku, ga ada yg namanya magic word, yg ada mengajarkan - mencontohkan - konsisten.
Tanggapan teh Muth: Berarti penting juga ya teh beritahu anak sejak dini tentang makna "meninggal"
Sebenarnya anak-anak sudah pernah tahu tentang makna itu saat kaka ipar sy meninggal
Jawaban bu Azizah (fasil): Ini mmg perlu, Sy juga mengajak anak2 takziah dr usia setahun. Bahkan anak sy yg pertama sudah ikut mengubur saat usia 8 tahun. Artinya benar2 melihat bagaimana prosesi jenazah itu dikuburkan. Bukan ikut2an ke makam tanpa tahu tujuannya.
Tanggapan Teh Muth: Nah ini juga bun, sy pernah mau ajak anak2 ke makam tapi neneknya melarang, kasihan anak2 di ajak ke makam ktnya, masih tll kecil, kuatir ini dan itu🙈
Tanggapan bu Angrum: Saya beri pujian ketika anak saya disiplin dan saya berterimakasih atas ap yang dia lakukan dan saya bilang bahwa hal itu sangat menbahagiakan saya, tapi sepertinya bukan magicword ya. Kalo Neuro Linguistik Parenting? Maaf OoT
Jawaban bu Azizah (fasil):
Bukan Neuro linguistik parenting, tp Neuro linguistik programming.
Bedanya nlp dengan hypno ..nlp dilakukan secara sadar. Komunikasi Produktif yg jd materi kita kmrn itu ada NLP nya lho.
Tanggapan bu Angrum: iya kah?
Jawaban bu Azizah (fasil): iya bunda. Krn nlp pada dasarnya adalah susunan kata yg kita ucapkan yang mampu membuat org mengikuti apa yg kita mau. Ada bbrp teknik NLP, yg kita pelajari di komprod kemarin itu adalah NLP. Contoh: adik mau mandi sekarang atau 10 menit lagi. Ini adalah NLP, mau tidak mau anak hanya punya pilihan mandi, hanya waktunya saja yg bisa dipilih. Wah klo dibahas panjang sekali nlp ini😅
Tanggapan bu Angrum:
Keluar dari tema ya Bun..
Jawaban bu Azizah (fasil): Iya bakal balik lg kita ke komprod. Sebenarnya komprod dan kemandirian masih satu keterikatan, itulah sebabnya materi bunsay disusun spt itu. Keberhasilan kemandirian anak tergantung dr komprod yg kita lakukan selain keteladanan kita.
Tanggapan Teh Desiana:
bener banget ini..😬,selama melakukan tantangan kemarin,melatih kemandirian erat sekali dengan komunikasi produktif..menggunakan ke"kreatifitas"an pemilihan diksi😬😬...uwow deh.
aq masih suka gemes menghadapi si kakak yang suka 'nambleg'😂😂...dan melakukan sesuatunya lama..😅😅
2⃣Yuni
Bagaimana dengan anak yang di pesantren. Selama di pesantren ada aturan disiplin. Tapi begitu keluar dari pesantren malah ada orang yang malah jadi tidak disiplin. Misalnya waktu sholat, jadi suka menunda. Itu apanya yang salah ya?
Terima kasih bunda
Jawaban bu Wening (fasil):
Bunda Yuni yang baik hatinya..
Pertanyaan pertama saya (boleh jawabnya japri atau jawab dalam hati saja):
Anak belajar di pesantren keinginan ananda atau keinginan bunda dan suami?
Apakah bunda dan suami sudah bicara dari hati ke hati, menatap matanya, dan menyiapkan intonasi terbaik (kembali ke materi komprod) untuk bertanya bagaimana perasaannya saat di pesantren dan saat liburan di rumah?
Mungkin ada perasaan lelah saat di pesantren dan ingin meluapkannya di rumah bunda.
Jika berkaitan dengan sholat, mungkin ada kaitannya dengan fitrah keimanan. Sudah sedalam apakah kita menancapkan fitrah keimanan dalam hati anak-anak kita? Pekerjaan besar kita adalah mentarbiyah diri dan anak-anak kita agar mencintai yang memerintahkan shalat dan ibadah lainnya (Allah).
Penanda terbaik dari iman itu adalah shalat, karena tidak dipungkiri shalat 5 waktu adalah pekerjaan berat. Kita pasti rela jika yang memerintahkan itu adalah Zat yang amat sangat kita cintai .
Saat mengajari anak-anak kita shalat, puasa maka hal utama yang kita ajarkan adalah tentang niat. Berbicara niat, maka kita sedang membicarakan tentang iman.
*Niat-Iman: Motif Alasan Sengaja*
Jika tidak kita mulai dari niat, maka kita hanya mengajarkan rutinitas atau kebiasaan. Kebiasaan hanya akan masuk dalam memori anak-anak kita, tapi Iman masuk ke hati.
(Disadur dari resume Kulwap HEBAT bersama Ust. Adriano Rusfi)
Sehingga menancapkan fitrah keimanan tidak lain adalah menancapkan ghirah ibadah yang dimulai dari diri kita sebagai orang tua. Contohnya; bergembira dan bergegas ketika waktu sholat datang, ayah mengajak anak-anak untuk sholat di masjid, dsb.
Semoga terjawab ya bunda sholihah. 😊
3⃣ Angrum
Assalamualaikum,..
Saya di amanahi Ghana (11) Ghani (9) dan Ghaly (6), tp untuk melatih kemandirian mereka baru dimulai beberapa bulan lalu dan konsisten mulai bulan ini, InsyaAllah....
Saya memohon kpd Allah agar anak anak kita terhindar dari gejala gejala ketidakmandirian tp untuk menjadikan anak anak kita sesuai dengan ciri khas kemandirian butuh waktu beberapa tahun kedepan....
Adakah "rumusan" percepatan selain KONSISTEN dan DISIPLIN? Krn kekhilafan saya, baru melatih kedisiplinan Ghana di usianya sekarang....
Jawaban bu Wening (fasil):
Bunda Angrum yang baik hatinya, Mungkin magic word selanjutnya adalah *tega(s)*.
Tega dan siap dalam membersamai anak-anak dalam berlatih kemandirian.
Tegas tidak membantu walaupun tangan ini gatel. Tegas pada diri sendiri untuk mensupport dengan kata-kata positif (kembali ke materi komprod lagi). Dan kompak bekerjasama dengan suami untuk memyemangati anak-anak yang sedang berlatih kemandirian. :)
Ditambah dengan motovasi terus *kakak bisa kakak hebat pasti bisa*
Semoga terjawab bunda sholihah. 😊
Jawaban bu Azizah (fasil): Tambahan lagi ya tuk no. 3. Saya selalu katakan ke anak saya ..apapun pekerjaannya bila kita tidak mengerjakannya dengan ikhlas, semua pekerjaan itu akan terasa berat. Jd mandiri itu terkait dengan konsistensi dan keikhlasan sehingga melahirkan rasa tanggung jawab.
Tanggapan bu Angrum: Ketauan deh saya "kurang" tegas, secara fisik ghana lemah bun, masih pilih makan, berat badan di bawah ideal....
0-5 tahun salah asuh total, efek dari "penebus dosa" di tinggal kerja
😭😭😭
Haturnuhun bun..
Semoga saya selalu diberi kekuatan untuk bisa tegas
4⃣ Safadella
Anak saya yg 4 thn, ketika diberi kalimat2 positif malah jdnya mundur ya bun, ade belum besar, gak mau pintar, mau dirumah aja. Malah cenderung menuntut org2 sekelilingnya agar tidak mendahuluinya, teman2 jg masih kecil, gak boleh pinter dsb... kalau seperti ini gimana ya? Maaf jd ikut bertanya 😅
Tanggapan bu Azizah (fasil): Memang spt apa bun kalimat produktifnya?bisa kasih contoh?
Tanggapan Teh Muth:
Sy pernah mendapati anak2 protes ketika saya coba semangati utk mengerjakan segala sesuatu sendiri, misal:
"Aa, ini sudah waktunya mandi, Aa hebat deh kemarin mandi sendiri"
Lalu jawaban anak sambil males2an dan mrengek
"Enggak, Aa ga hebat, Aa gak mau mandi sendiri, maunya mandi sama Nda"
Tapi itu memang tidak berlangsung lama sih, setelah sy puji terus menerus 😁
Tanggapan bu Della: iya seperti itu bun
Jawaban bu Azizah (fasil): ini adalah calon diplomat. Bunda, anak2 yg seperti itu adalah anak yg memiliki kecerdasan verbal. Bundanya harus lebih hebat lagi mengolah kata2. Terkadang pujian yg terlalu sering didengar akan terasa "basi" bagi anak yg memiliki kecerdasan verbal. Maka berkreasilah dlm berkomunikasi dgn anak macam ini. Anak sy yg ketiga spt itu🙈. Tipsnya jgn sering2 memuji, tapi tanyakanlah apa yg dia mau dan suka, buat kesepakatan dan perjanjian dengan konsekuensi
Tanggapan bu Angrum: Jgn sering memuji ya🤔
Jawaban bu Azizah (fasil):
Khusus anak dengan kecerdasan verbal Bun. Karena apabila sering dipuji ada dua kemungkinan. Pertama dia akan besar kepala dan merasa dirinya hebat shg tidak mau diarahkan. Yg kedua dia akan merasa dirinya rendah shg merasa tidak mampu berbuat sesuatu. Tidak sering memuji bukan berarti kita tidak mengapresiasi kehebatannya tp apresiasinya dengan cara lain.
Tanggapan teh Muth:
Iya bun bnr, rafif ya emg gt, klo sy kebanyakan muji dan ngomong macem2 dia protes lagi
"Aduuuh bunda ko ngomong trs sih!" 😂
Tanggapan bu Yetmi: Memuji seperlunya... secukupnya.. jangan lebay... 😄😄
Tanggapan Teh Rizka:
Pada dasarnya mmbersamai buah hati adlh mnyelami kehidupan masa kecil kita.. Semua butuh proses, butuh keluasan kita utk bisa masuk ke dalam dunia mereka... Utk mreka bisa brkembang sesuai tahapannya butuh diri kita yg bnyak berdamai... Banyak mengajaknya bercerita tentang ilmu hidup yg bs mereka cerna.. Semuanya selalu harus diawali dengan diri kita yg mksimal..
Tanggapan bu Della:
Kesalahan saya mgkn disaat sudah kehabisan kata2, akhirnya keluar dgn mencontohkan kakak/temannya, kania bisa ya makan sendiri, ade jg bisa dong. Tanpa sadar saya membandingkan..(getok kepala sendiri). Kalau sudah seperti ini apa yg bs dilakukan ya bun?
Jawaban bu Azizah (fasil):
Istighfar, langsung minta maaf ke anak,tarik nafas, lalu bicara dari hati ke hati😘
Tanggapan bu Angrum:
Ghana introvert bun
Jawaban bu Azizah fasil):
Sama dong kayak saya bunda 😀.
Justru anak2 introvert itu punya kecerdasan verbal.
Tanggapan teh Muth:
Introvert dan ekstrovert itu terbentuk sendiri atau mmg krn pola asuh kita ya bun? Hehe oot juga
Jawaban bu Azizah (fasil):
Terbentuk sendiri bunda. Ekstrovert dan introvert adalah bagaimana cara seseorang memandang jiwanya.
Tanggapan teh Desiana:
sepertinya ini bisa menggunakan tes sidik jari ya bun? stifin
Jawaban bu Azizah (fasil):
Memakai grafologi. Dari tulisan kita akan tau mana yg ekstrovert atau introvert
Kalo stifin saya belum pernah nyoba. Klo grafologi kebetulan sy pernah belajar.
Tanggapan bu Angrum:
Yg saya tahu introvert itu
Jarang bercerita
Senang dg kegiatan yg tenang
Senang menyendiri.
Jawaban bu Azizah (fasil):
Introvert itu justru sering bercerita Bun...tapi tidak dengan orang lain.
Tanggapan teh Desiana: Tulisan?
Jawaban bu Azizah (fasil): Introvert Dia lebih suka menuangkan kata2nya dlm tulisan atau gambar, dia lebih ekspresif, memiliki dunianya sendiri, senang menyepi dan tidak suka keramaian, ekstrovert kebalikannya.
Biasanya introvert akan menjadi seorang penulis handal😁
Penulis2 ternama itu rata2 mereka adalah introvert
Oiya hal ini bisa dilihat dr tulisan mereka lho.
Selain kedua itu ada juga ambivert yg berada dipertengahan. Nanti sy post lg ya mengenai ekstrovert dan ambivert tp sptnya tidak malam.ini😅
Ini video mengenai introvert:
https://upvee.co/i-am-an-introvert-and-i/
Komentar
Posting Komentar